Minggu, 21 Maret 2010

RESPONDING AND PROBING


RESPONDING AND PROBING

BY: DAHLIA

A. RESPONDING

Responding asalah suatu tanggapan atau respon dalam proses bimbingan dan konseling, dimana antara konselor dank lien memberikan suatu respon untuk melatih dan mengawasi dalam rangka memaksimalkan frekuensi dalam suasana konseling.

Clara Hill dan para koleganya telah menyusun daftar panjang respon konselor maupun klien (Jhon McLEOD, 2008, 385) yaitu:

Kategori Respon Verbal Terapis

  1. Persetujuan: respon ini dapatmenimbulkan simpati atau kcenderungan menenangkan dengan cara meminimalisasi masalah klien. Memeberikan dukungan emosional, persetujuan, penegasan, dan pengukuhan.
  2. Informasi: suplay informasi dalam berntuk data, fakta, atau sumber daya. Hal ini bisa jadi terkait dengan proses terapi, perilaku terapis, atau kesepakatan terapi (waktu, honor, tempat).
  3. Bimbingan langsung: ini adalah arahan atau saran yang diberikan terapis keada kllien berkenaan dengan apa yang harus dilakukan baik didalam sesi maupun di luar sesi konseing.
  4. Pertanyaan tertutup: mengumpulkan data atau informasi yang spesifik respon klien akan menjadi terbatas dan spesifik.
  5. Pertanyaan terbuka: pertanyaan untuk mendapatkan klarifikasi atau penjelasan oleh klien.
  6. Parafrasa: mencerminkan atau meringkas apa yang telah dikomunikasikan oleh klien baik secara verbal maupun non verbal. Tidak melampau apa-apa yang diucap klien atau menambahkan perspektif baru atau mengganti pertanyaan klien atau memberi penjelasan apapun untuk prilaku klien.
  7. Interprestasi: melampau apa yang telah dikenal oleh klien secara terbuka dan memberikan alasan, makna alternatif, atau kerangka kerja batu untuk perasaan, perilaku kepribadian
  8. Konfrontasi: menguak diskrepansi atau kontraksi tapi tidak menghadirkan alasan untuk diskrepansi tersebut.
  9. Menbuka Diri: berbagi perasaan atau pengalaman pribadi.

Kategori Respons Verbal Klien

  1. Renspons Sederhana: frasa pendek, terbatas, yang dapat sja mengindikasikan kesepakatan, pengumuman persetujuan apa yang telah diucapkan terapis, mengindikasikan ketidaksetujuan atau ketidak sepakatan atau merespons secara singkat pertanyaan terapis dengan informasi atau fakta tertentu.
  2. Permintaaan: percobaan untuk mendapatkan informasi atau saran atau untuk meletakkan tanggung jawab yang berat sebagai solusi permasalahan dari pihak terapis.
  3. Deskripi: mendiskusikan sejarah, peristiwa atau kecelakaan yang berhubungan dengan problem dengan menggunaka gaya narasi atau bercerita.
  4. Pengalaman: secara efektif mengeksplorasi perasaan, perilaku atau reaksi berkenaan dengan diri atau masalah, tapi tidak mencakup pemahaman kausalitas.
  5. Mengeksplorasi Hubungan Klien-Terapis: mengindikasikan perasaan, reaksi, sikap atau perilaku yang berkaitan dengan terapis atau situasi terapeutik.
  6. Pemahaman: mengindikasikan kemampuan klien untuk memahami atau mamapu meliha tema, pola atau hubungan kausalitas salam perilaku atau kepribadiannya, atau dalam perilaku atau kepribadian orang lain.
  7. Diskusi Rencana: merujuk kepada rencana berorientai aksi, keputusan, target masa depan dan perkiraan hasil dari rencana tersebut.
  8. Diam: diam sekitar empat atau lima detik antara pernyataan terapis dan pernyataan klien , atau segera setelah respons sederhana klien.
  9. Yang Lain: pernyataan yang tak berkaitan dengan masalah klien seperti percakapan singkat atau komentar berkenaan dengan cuaca atau peristiwa.

B. PROBING

Probing dalam konseling Yaitu dengan menggali informasi yang berhubungan dengan konseling. Dimana seorang konselor ingin mendapatkan metode dari seorang klien yang dapat dipergunakan dalam merealisasi bimbingan dan konseling. (Bimo Walgito, 2005, 63-86).

  1. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode khusus untuk mendapatkan fakta. Observasi ini merupakan suatu penelitian yang dijalani secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditanggap pada waktu kejadian itu terjadi. Oleh karena itu observasi menyangkut masalah yang sangat kompleks, dan observer dalam hal ini pembimbing harus sensitif dalam menangkap data itu.

  1. Kuesioner

Kuesioner sering disebut angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang / anak yang ingin diselidiki, yang juga disebut responden. Dengan kuesioner ini dapat memperoleh fakta-fakta atau opini.

Pada umumnya didalam kuesioner terdapat dua bagian pokok yaitu:

a. bagian yang mengandung data identitas.

b. Bagian yang mengandung pertanyaan yang ingin diperoleh jawabannya.

Jenis kuesioner:

a. Pertanyaan tertutup, yaitu responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan

b. Pertanyaan terbuka, yaitu memeberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi responsen untuk memberi jawaban.

c. Pertanyaaan terbuka dan tertutup, yaitu kombinasi antara pertanyaan terbuka dan tertutup.

  1. Interviu (Wawancara)

Interviu merupaka salah satu metode untuk mendapatkan data tentang anak atau individu lain dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan.

  1. Sosiomerti

Dikemukakan oleh Moreni dalam buku Who shall suvive bahwa sosiometri menunjikkan sesuatu yaitu tentang ”ukuran berteman”. Kriteria hubungan sosial.

a. frekuensi hubungan

b. intensitas hubungan

c. popularitas hubungan

Sabtu, 20 Maret 2010

KODE ETIK SECARA UMUM

KODE ETIK SECARA UMUM

By : Dahlia

Implikasi pengabdosian perspektif kebajikan terhadap konseling di eksplorasikan dengan lebih mendetail oleh Meara et al (1996). Kerangka etiak praktik yang secara eksplosit bersumber dari perspektif “kebijakan” dengan mengidentifikasikan serangkain kualitas personal yang harus dimiliki oleh semua praktisi.

  • Empati

Kemampuan untuk mengomunikasikan pemahaman terhadap pengalaman orang lain dari perspektif orang itu sendiri

  • Ketulusan

Adalah komitmen pribadi konsisten terhadap ap yang dinyatakan dan apa yang dilakukan

  • Integritas

Adalahk esederhanaan, kejujuran, kohenri pribadi

  • Fleksibilitas

Adalah kemampuan untuk menangani apa yang menjadi perhatian kalien tanpa harus mengacuhkannya secara personal

  • Rasa Hormat

Adalah menunjukkan keyakinan diri yang ssma kepad orang lain dan pemahaman mereka terhadap mereka sendiri

  • Kesederhanaan

Adalah kemampuan untuk menilai dan memahami kekuatan dan kelemahan seseorang

  • Kompentensi

Adalah keterampilan dan pengetahuan efektif yang dibutuhkan untuk melakukan apa yang dipersyaratkan

  • Keadi\lan

Adalah aplikasi criteria yang dapat secara konsisten untuk menginformasika keputusan dan tindakan

  • Kebijakan

Adalah memiliki kemampuan untuk menilai sebagai dasar untuk bertindak

  • Keberanian

Adalah keberanian untuk bertindak tanpa terpengaruh rasa tkut,risiko, dan ketidakpastian

Kerangka metika menambahkan bahwa kualitas-kualitas tersebut harus “mendarah daging dalam diri seseorang, dikaitkan dan dikembangkan dari komitmen pribadi, bukan karena persyaratan atoritas personal’.

  1. Etika Tanggung Jawab
  2. Keadilan
  3. Otonomi adalah diberikan kebebasan dalam profesi

Drs. H> Burhanuddin Salam. 1996 Etika Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

  1. Bimo Walgito dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, mengemukakan beberapa kode etik dalam bimbingan dan konseling. (Bimo Walgito, 2005, 36)
  2. 1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan konseling.
  3. 2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau kewenangannya. Karena itu pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang serta tanggung jawab yang bukan wewenang serta tanggung jawabnya.
  4. 3. Oleh karena itu pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang maka seorang pembimbing harus:
  5. a. Dapat memegang atau memegang rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
  6. b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
  7. c. Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien. Jadi didalam menghadapi klien pembimbing harus menghadapi klien dalam derajat yang sama.
  8. 4. Pembimbing tidak diperkenankan:
  9. a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
  10. b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung-jawabkan.
  11. c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien.
  12. d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
  13. 5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yangdiperlukan dalam bimbingan konseling.
  14. 6. Pembimbing haruslah menyadari akan tanggung jawabnya yang berat memerlukan pengabdian sepenuhnya.

Teknik umum konseling

  1. Ettending
  2. Empati
  3. Repleksi
  4. Eksplarasi

Gunanya mengembangkan membagun hubungan. Ini adalah teknik IVY

  1. Attending

Posisi yang turun / dimana konselor menghampiri klien yang di dalam bahasa, bahasa lisan, bahasa tubuh tahu tatapan mata.

Berguna untuk membangun keprcayaan klien kepada konselor. Meningkatkan rasa dank lien merasa tidak dihargai. Yang mencakup dalam

  1. pasing adalah menyamakan antara koselor dank lien
  2. Tding adalah pemimpin
  3. Nasihat adalah meningkatkan rasa nyaman juga klien merasa dihargai
  4. Memberikan
  1. Empati

Adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien berfikir

Kita mersakan apa yang dirasakan klien.Tapi tidak merasakan ulah klien.

  1. Ampati primer adalah

Contoh:

Saya merasaka, pa yang dirasakan

Saya memahami apa yang terjadi

Tingkat primer ini sering dibuat-buat.

  1. Empati Tinngi

Konselor merasakan mendalam dan merasakan terlibat dan emosional

Konselor masuk dalam perjalanan klien dank lien termasuk dan dapat dirasakan oleh konselor.

ContohL:

Saya sangat memasuki dapat memahami dan juga

Klau ini biar-biar merasakan,(empati tinggi)

  1. Repleksi

Suatu teknik dengan dipantulkan perasaan kepada klien pemahaman kembali kata dari klien sebagai hasil dari ferbal dan non ferbal.

    1. Perasaan
    2. Pemikiran
    3. Pengalaman
  • Teknik untuk pemantulan perasaan klien sebagai hasil pengamatan dari perbal mampu non perbal. Contoh:
  • Memantulkan ide pikiran terhadap yang didatangkan klien terhadap perbal dan non perbal
  • Memantulkan pengalamn terhadap yang da dating klien terhadap perbal dan non perbal.

4.Eksplorasi

Teknik untuk menggali perasaan, pemikiran, dan pengalaman klien. Sedangkan kata buruh

  1. data
  2. Perasaan
  • Menggaliperasaan dari dalam diri kita
  • Sedih
  1. Pikiran adalah menggali ide dari dalam diri klien.

Saya tidak nyaman

Setiap masuk saya terus ngantuk.

MENTAL HEALTH AS ABOVE NORMAL


MENTAL HEALTH AS ABOVE NORMAL

By: Dahlia

KESEHATAN MENTAL

Menurut Dr. kartini kartono bahwa orang yang memiliki mental yang sehat memiliki sifat-sifat yang khas, antara lain mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan hidup yang jalas, memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian dan memiliki batin yang selalu tenang.

Jadi, orang yang sehat mentalnya, dapat melakukan adaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya,dengan muda mendapatkan diri pada perubahan social, selalu aktif berpartisipasi,dan dapat merasakan kepuasan atas terpenuhi kebutuhannya.

Kesehatan mental/jiwa selalu mempersoalkan mental/jiwa yang dimiliki seseorang yang bermasalah memiliki kehidupan rohani yang sehat. Kesehatan mental ini sebagai ilmu yang membicarakan bagaimana cara seseorang memecahkan masalah batinnya sehingga ia mampu memahami berbagai kesulitan hidup dan melakukan berbagai upaya agar jiwanya lebih bersih.

Orang yang sehat mentalnya mempunyai pribadi normal. Mereka akan bertindak dan berperilaku baik agar dapat diterima oleh masyarakat. Sealain itu dalam karakter dirinya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola hidup masyarakat.

Hubungan Pribadi Normal Dan Mental Yang Sehat

Pribadi normal dengan diiringi mental yang sehat akan memiliki integritas jasmaniah rohaniah yang ideal. Keadaan pada kehidupan psikisnya stabildan tidak ada lonflik internal. Suasana hatinya tenang, seimbang dan jasmaninya selalu sehat dan segar. Sebaliknya pribadi yang abnormal memiliki mental yang tidak sehat dan jauh dari integrasi batin.

Berkenaan dengan pribadi normal dan mental yang sehat, Dr. Kartini Kartono mengutip Principles of Abnormal Psychology karangan Maslow and Mittleman, yaitu sebagai berikut:

  1. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mampu berhbungan dengan orang lain dalam bidang kerja,pergaulan dan dalam lingkungan keluarga.
  2. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dnga harga diri yang tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, dan tidakdihinggapi rasa bersalah.
  3. Mempunyai spontaniltas dan emosinal yang tepat. Dia mampu menjalin relsi yang erat, kuat dan lama.
  4. Mempunyai kontak yang realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan.
  5. Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskannya dengan cara sehat, namun tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri.
  6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan memiliki motif hidup yang sehat dan kesadaran tinggi.
  7. Memiliki tujuan hidup yang tepat,wajar, dan realitas sehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keiletan dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermamfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakt pada umumnya.
  8. Memiliki kemampun belajar dari pengalaman hidup dalam mengolah dan menerima pengalamannya dengan sikap yang luws,dia bisa menilai batas kekuatan sendiri dalam situasi yang dihadapi, untuk meraih sukses.
  9. Memiliki kesanggupan untuk mengekang tuntutan-tuntutan dan kebutuha-kebutuhan dari kelompoknya, sebab dia memiliki kesamaan kebutuhan dengan yang lain (tidak terlalu berbeda, dan tidak menympang).
  10. Memiliki sipat emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan kebudayaa.
  11. Memiliki integritas dalam kepribadiannya, yaitu kebulutan jasmaniah dan rohaniahnya.

Semua criteria normalitas mental yang sehat dari Maslow cs. Tersebut diatas menjadi standar apakah seseorang memiliki kesehatan mental dan pribadi yang normal atau tidak?

Seseorang memilki pribadi normal belum tentu memenuhi semua ketentuan criteria tersebut, karena setaiap individu mempunyai kelemahan dan kekurangan pada struktur pribadinya. Seseorang yang tidak memiliki prilaku, sikap dan criteria diatas,maka dapat digolongkan dalam kelompok pribadi abnormal.

Wujud dari pribadi normal ialah adanya interaksi batin/jiwa, tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku social,sanggup melaksanakan tugas-tugas hidup dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas tersebut pada social serta mampu menanggapi realitas hidup secara hidup secara efisien.

Perbedaan orang yang normal dan abnormaldapt dilihat dengan jelas. Karena orang yang abnormal memperlhatkan gejala dan reaksibatin yang abnorma,

Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup sehingga muncul konflikmental pada dirinya. Ia tidak mampu memkul tanggungjawab kedewasaan akibat adanya tekanan ekonomi, kekecewaan cinta, kegagalan dalam profesi, ketadaksamaan fisik,serta pengalamn pahit. Hal tersebut mendorongnya untuk melarikan diri dari kesulitan dan kepahitan realitas hidup.

Ada langka-langka yang menolong kasus abnormalitas atau ketidaksehatan mental diantaranya:

1. Mencari tanda awal keabnormalan

2. Mencegah perkembangan dan meniadakan konflik-konflikbatin.

3.Membimbimg dan membina pasien untuk kembali kepada kehidiupan yang realitas (nyata)

4.Memberikan pertolongan dengan memberi obat-obatan atau memakai terapi lainnya.

kesmen

MENTAL HEALTH AS ABOVE NORMAL

KESEHATAN MENTAL

Menurut Dr. kartini kartono bahwa orang yang memiliki mental yang sehat memiliki sifat-sifat yang khas, antara lain mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan hidup yang jalas, memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian dan memiliki batin yang selalu tenang.

Jadi, orang yang sehat mentalnya, dapat melakukan adaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya,dengan muda mendapatkan diri pada perubahan social, selalu aktif berpartisipasi,dan dapat merasakan kepuasan atas terpenuhi kebutuhannya.

Kesehatan mental/jiwa selalu mempersoalkan mental/jiwa yang dimiliki seseorang yang bermasalah memiliki kehidupan rohani yang sehat. Kesehatan mental ini sebagai ilmu yang membicarakan bagaimana cara seseorang memecahkan masalah batinnya sehingga ia mampu memahami berbagai kesulitan hidup dan melakukan berbagai upaya agar jiwanya lebih bersih.

Orang yang sehat mentalnya mempunyai pribadi normal. Mereka akan bertindak dan berperilaku baik agar dapat diterima oleh masyarakat. Sealain itu dalam karakter dirinya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola hidup masyarakat.

Hubungan Pribadi Normal Dan Mental Yang Sehat

Pribadi normal dengan diiringi mental yang sehat akan memiliki integritas jasmaniah rohaniah yang ideal. Keadaan pada kehidupan psikisnya stabildan tidak ada lonflik internal. Suasana hatinya tenang, seimbang dan jasmaninya selalu sehat dan segar. Sebaliknya pribadi yang abnormal memiliki mental yang tidak sehat dan jauh dari integrasi batin.

Berkenaan dengan pribadi normal dan mental yang sehat, Dr. Kartini Kartono mengutip Principles of Abnormal Psychology karangan Maslow and Mittleman, yaitu sebagai berikut:

  1. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mampu berhbungan dengan orang lain dalam bidang kerja,pergaulan dan dalam lingkungan keluarga.
  2. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dnga harga diri yang tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, dan tidakdihinggapi rasa bersalah.
  3. Mempunyai spontaniltas dan emosinal yang tepat. Dia mampu menjalin relsi yang erat, kuat dan lama.
  4. Mempunyai kontak yang realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan.
  5. Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskannya dengan cara sehat, namun tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri.
  6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan memiliki motif hidup yang sehat dan kesadaran tinggi.
  7. Memiliki tujuan hidup yang tepat,wajar, dan realitas sehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keiletan dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermamfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakt pada umumnya.
  8. Memiliki kemampun belajar dari pengalaman hidup dalam mengolah dan menerima pengalamannya dengan sikap yang luws,dia bisa menilai batas kekuatan sendiri dalam situasi yang dihadapi, untuk meraih sukses.
  9. Memiliki kesanggupan untuk mengekang tuntutan-tuntutan dan kebutuha-kebutuhan dari kelompoknya, sebab dia memiliki kesamaan kebutuhan dengan yang lain (tidak terlalu berbeda, dan tidak menympang).
  10. Memiliki sipat emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan kebudayaa.
  11. Memiliki integritas dalam kepribadiannya, yaitu kebulutan jasmaniah dan rohaniahnya.

Semua criteria normalitas mental yang sehat dari Maslow cs. Tersebut diatas menjadi standar apakah seseorang memiliki kesehatan mental dan pribadi yang normal atau tidak?

Seseorang memilki pribadi normal belum tentu memenuhi semua ketentuan criteria tersebut, karena setaiap individu mempunyai kelemahan dan kekurangan pada struktur pribadinya. Seseorang yang tidak memiliki prilaku, sikap dan criteria diatas,maka dapat digolongkan dalam kelompok pribadi abnormal.

Wujud dari pribadi normal ialah adanya interaksi batin/jiwa, tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku social,sanggup melaksanakan tugas-tugas hidup dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas tersebut pada social serta mampu menanggapi realitas hidup secara hidup secara efisien.

Perbedaan orang yang normal dan abnormaldapt dilihat dengan jelas. Karena orang yang abnormal memperlhatkan gejala dan reaksibatin yang abnorma,

Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup sehingga muncul konflikmental pada dirinya. Ia tidak mampu memkul tanggungjawab kedewasaan akibat adanya tekanan ekonomi, kekecewaan cinta, kegagalan dalam profesi, ketadaksamaan fisik,serta pengalamn pahit. Hal tersebut mendorongnya untuk melarikan diri dari kesulitan dan kepahitan realitas hidup.

Ada langka-langka yang menolong kasus abnormalitas atau ketidaksehatan mental diantaranya:

1. Mencari tanda awal keabnormalan

2. Mencegah perkembangan dan meniadakan konflik-konflikbatin.

3.Membimbimg dan membina pasien untuk kembali kepada kehidiupan yang realitas (nyata)

4.Memberikan pertolongan dengan memberi obat-obatan atau memakai terapi lainnya.

Rabu, 03 Maret 2010

ULAR

Legenda Ular Kepala Tujuh _ rejang lebong_

Lebong adalah salah satu nama kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia. Konon, di daerah ini pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Kutei Rukam. Pada suatu hari, keluarga kerajaan ini dilanda kepanikan luar biasa, karena putra mahkota menghilang pada saat melakukan prosesi upacara mandi bersama dengan calon istrinya di Danau Tes. Hilang kemanakah putra mahkota dengan istrinya? Temukan jawabannya dalam cerita Legenda Ular Kepala Tujuh berikut ini!

* * *

Alkisah, di sebuah daerah di Bengkulu, Indonesia, berdiri sebuah kerajaan bernama Kutei Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Raja Bikau Bermano mempunyai delapan orang putra. Pada suatu waktu, Raja Bikau Bermano melangsungkan upacara perkawinan putranya yang bernama Gajah Meram dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri yang bernama Putri Jinggai. Mulanya, pelaksanaan upacara tersebut berjalan lancar. Namun, ketika Gajah Meram bersama calon istrinya sedang melakukan upacara prosesi mandi bersama di tempat pemandian Aket yang berada di tepi Danau Tes, tiba-tiba keduanya menghilang. Tidak seorang pun yang tahu ke mana hilangnya pasangan itu.

Sementara itu di istana, Raja Bikau Bermano dan permaisurinya mulai cemas, karena Gajah Meram dan calon istrinya belum juga kembali ke istana. Oleh karena khawatir terjadi sesuatu terhadap putra dan calon menantunya, sang Raja segera mengutus beberapa orang hulubalang untuk menyusul mereka. Alangkah terkejutnya para hulubalang ketika sampai di tepi danau itu tidak mendapati Gajah Meram dan calon istrinya. Setelah mencari di sekitar danau dan tidak juga menemukan mereka berdua, para hulubalang pun kembali ke istana.

“Ampun, Baginda! Kami tidak menemukan putra mahkota dan Putri Jinggai,” lapor seorang hulubalang.

“Apa katamu?” tanya sang Raja panik.

“Benar, Baginda! Kami sudah berusaha mencari di sekitar danau, tapi kami tidak menemukan mereka,” tambah seorang hulubalang lainnya sambil memberi hormat.

“Ke mana perginya mereka?” tanya sang Raja tambah panik.

“Ampun, Baginda! Kami juga tidak tahu,” jawab para utusan hulubalang serentak.

Mendengar jawaban itu, Raja Bikau Bermano terdiam. Ia tampak gelisah dan cemas terhadap keadaan putra dan calon menantunya. Ia pun berdiri, lalu berjalan mondar-mandir sambil mengelus-elus jenggotnya yang sudah memutih.

“Bendahara! Kumpulkan seluruh hulubalang dan keluarga istana sekarang juga!” titah sang Raja kepada bendahara.

“Baik, Baginda!” jawab bendahara sambil memberi hormat.

Beberapa saat kemudian, seluruh hulubalang dan keluarga istana berkumpul di ruang sidang istana.

“Wahai, rakyatku! Apakah ada di antara kalian yang mengetahui keberadaan putra dan calon menantuku?” tanya Raja Bikau Bermano.

Tidak seorang pun peserta sidang yang menjawab pertanyaan itu. Suasana sidang menjadi hening. Dalam keheningan itu, tiba-tiba seorang tun tuai (orang tua) kerabat Putri Jinggai dari Kerajaan Suka Negeri yang juga hadir angkat bicara.

“Hormat hamba, Baginda! Jika diizinkan, hamba ingin mengatakan sesuatu.”

“Apakah itu, Tun Tuai! Apakah kamu mengetahui keberadaan putraku dan Putri Jinggai?” tanya sang Raja penasaran.

“Ampun, Baginda! Setahu hamba, putra mahkota dan Putri Jinggai diculik oleh Raja Ular yang bertahta di bawah Danau Tes,” jawab tun tuai itu sambil memberi hormat.

“Raja Ular itu sangat sakti, tapi licik, kejam dan suka mengganggu manusia yang sedang mandi di Danau Tes,” tambahnya.

“Benarkah yang kamu katakan itu, Tun Tuai?” tanya sang Raja.

“Benar, Baginda!” jawab tun tuai itu.

“Kalau begitu, kita harus segera menyelamatkan putra dan calon menantuku. Kita tidak boleh terus larut dalam kesedihan ini,” ujar sang Raja.

“Tapi bagaimana caranya, Baginda?” tanya seorang hulubalang.

Sang Raja kembali terdiam. Ia mulai bingung memikirkan cara untuk membebaskan putra dan calon menantunya yang ditawan oleh Raja Ular di dasar Danau Tes.

“Ampun, Ayahanda!” sahut Gajah Merik, putra bungsu raja.

“Ada apa, Putraku!” jawab sang Raja sambil melayangkan pandangannya ke arah putranya.

“Izinkanlah Ananda pergi membebaskan abang dan istrinya!” pinta Gaja Merik kepada ayahandanya.

Semua peserta sidang terkejut, terutama sang Raja. Ia tidak pernah mengira sebelumnya jika putranya yang baru berumur 13 tahun itu memiliki keberanian yang cukup besar.

“Apakah Ananda sanggup melawan Raja Ular itu?” tanya sang Raja.

“Sanggup, Ayahanda!” jawab Gajah Merik.

“Apa yang akan kamu lakukan, Putraku? Abangmu saja yang sudah dewasa tidak mampu melawan Raja Ular itu,” ujar sang Raja meragukan kemampuan putra bungsunya.

“Ampun, Ayahanda! Ananda ingin bercerita kepada Ayahanda, Ibunda, dan seluruh yang hadir di sini. Sebenarnya, sejak berumur 10 tahun hampir setiap malam Ananda bermimpi didatangi oleh seorang kakek yang mengajari Ananda ilmu kesaktian,” cerita Gajah Merik.

Mendengar cerita Gajah Merik, sang Raja tersenyum. Ia kagum terhadap putra bungsunya yang sungguh rendah hati itu. Walaupun memiliki ilmu yang tinggi, ia tidak pernah memamerkannya kepada orang lain, termasuk kepada keluarganya.

“Tapi, benarkah yang kamu katakan itu, Putraku?” tanya sang Raja.

“Benar, Ayahanda!” jawab Gajah Merik.

“Baiklah! Besok kamu boleh pergi membebaskan abangmu dan istrinya. Tapi, dengan syarat, kamu harus pergi bertapa di Tepat Topes untuk memperoleh senjata pusaka,” ujar sang Raja.

“Baik, Ayahanda!” jawab Gajah Merik.

Keesokan harinya, berangkatlah Gajah Merik ke Tepat Topes yang terletak di antara ibu kota Kerajaan Suka Negeri dan sebuah kampung baru untuk bertapa. Selama tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik bertapa dengan penuh konsentrasi, tidak makan dan tidak minum. Usai melaksanakan tapanya, Gajah Merik pun memperoleh pusaka berupa sebilah keris dan sehelai selendang. Keris pusaka itu mampu membuat jalan di dalam air sehingga dapat dilewati tanpa harus menyelam. Sementara selendang itu dapat berubah wujud menjadi pedang.

Setelah itu, Gajah Merik kembali ke istana dengan membawa kedua pusaka itu. Namun, ketika sampai di kampung Telang Macang, ia melihat beberapa prajurit istana sedang menjaga perbatasan Kerajaan Kutei Rukam dan Suka Negeri. Oleh karena tidak mau terlihat oleh prajurit, Gajah Merik langsung terjun ke dalam Sungai Air Ketahun menuju Danau Tes sambil memegang keris pusakanya. Ia heran karena seakan-seakan berjalan di daratan dan sedikit pun tidak tersentuh air.

Semula Gajah Merik berniat kembali ke istana, namun ketika sampai di Danau Tes, ia berubah pikiran untuk segera mencari si Raja Ular. Gajah Merik pun menyelam hingga ke dasar danau. Tidak berapa lama, ia pun menemukan tempat persembunyian Raja Ular itu. Ia melihat sebuah gapura di depan mulut gua yang paling besar. Tanpa berpikir panjang, ia menuju ke mulut gua itu. Namun, baru akan memasuki mulut gua, tiba-tiba ia dihadang oleh dua ekor ular besar.

“Hai, manusia! Kamu siapa? Berani sekali kamu masuk ke sini!” ancam salah satu dari ular itu.

“Saya adalah Gajah Merik hendak membebaskan abangku,” jawab Gaja Merik dengan nada menantang.

“Kamu tidak boleh masuk!” cegat ular itu.

Oleh karena Gajah Merik tidak mau kalah, maka terjadilah perdebatan sengit, dan perkelahian pun tidak dapat dihindari. Pada awalnya, kedua ular itu mampu melakukan perlawanan, namun beberapa saat kemudian mereka dapat dikalahkan oleh Gajah Merik.

Setelah itu, Gajah Merik terus menyusuri lorong gua hingga masuk ke dalam. Setiap melewati pintu, ia selalu dihadang oleh dua ekor ular besar. Namun, Gajah Merik selalu menang dalam perkelahian.

Ketika akan melewati pintu ketujuh, tiba-tiba Gajah Merik mendengar suara tawa terbahak-bahak.

“Ha… ha… ha…, anak manusia, anak manusia!”

“Hei, Raja Ular! Keluarlah jika kau berani!” seru Gajah Merik sambil mundur beberapa langkah.

Merasa ditantang, sang Raja Ular pun mendesis. Desisannya mengeluarkan kepulan asap. Beberapa saat kemudian, kepulan asap itu menjelma menjadi seekor ular raksasa.

“Hebat sekali kau anak kecil! Tidak seorang manusia pun yang mampu memasuki istanaku. Kamu siapa dan apa maksud kedatanganmu?” tanya Raja Ular itu.

“Aku Gajah Merik, putra Raja Bikau Bermano dari Kerajaan Kutei Rukam,” jawab Gajah Merik.

“Lepaskan abangku dan istrinya, atau aku musnahkan istana ini!” tambah Gajah Merik mengancam.

“Ha… ha…. ha…., anak kecil, anak kecil! Aku akan melepaskan abangmu, tapi kamu harus penuhi syaratku,” ujar Raja Ular.

“Apa syarat itu?” tanya Gajah Merik.

“Pertama, hidupkan kembali para pengawalku yang telah kamu bunuh. Kedua, kamu harus mengalahkan aku,” jawab Raja Ular sambil tertawa berbahak-bahak.

“Baiklah, kalau itu maumu, hei Iblis!” seru Gajah Merik menantang.

Dengan kesaktian yang diperoleh dari kakek di dalam mimpinya, Gajah Merik segera mengusap satu per satu mata ular-ular yang telah dibunuhnya sambil membaca mantra. Dalam waktu sekejap, ular-ular tersebut hidup kembali. Raja Ular terkejut melihat kesaktian anak kecil itu.

“Aku kagum kepadamu, anak kecil! Kau telah berhasil memenuhi syaratku yang pertama,” kata Raja Ular.

“Tapi, kamu tidak akan mampu memenuhi syarat kedua, yaitu mengalahkan aku. Ha… ha… ha….!!!” tambah Raja Ular kembali tertawa terbahak-bahak.

“Tunjukkanlah kesaktianmu, kalau kamu berani!” tantang Gajah Merik.

Tanpa berpikir panjang, Raja Ular itu langsung mengibaskan ekornya ke arah Gajah Merik. Gajah Merik yang sudah siap segera berkelit dengan lincahnya, sehingga terhindar dari kibasan ekor Raja Ular itu. Perkelahian sengit pun terjadi. Keduanya silih berganti menyerang dengan mengeluarkan jurus-jurus sakti masing-masing. Perkelahian antara manusia dan binatang itu berjalan seimbang.

Sudah lima hari lima malam mereka berkelahi, namun belum ada salah satu yang terkalahkan. Ketika memasuki hari keenam, Raja Ular mulai kelelahan dan hampir kehabisan tenaga. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Gajah Merik. Ia terus menyerang hingga akhirnya Raja Ular itu terdesak. Pada saat yang tepat, Gajah Merik segera menusukkan selendangnya yang telah menjelma menjadi pedang ke arah perut Raja Ular.

“Aduuuhh… sakiiit!” jerit Raja Ular menahan rasa sakit.

Melihat Raja Ular sudah tidak berdaya, Gajah Merik mundur beberapa langkah untuk berjaga-jaga siapa tahu raja ular itu tiba-tiba kembali menyerangnya.

“Kamu memang hebat, anak kecil! Saya mengaku kalah,” kata Raja Ular.

Mendengar pengakuan itu, Gajah Merik pun segera membebaskan abangnya dan Putri Jinggai yang dikurung dalam sebuah ruangan.

Sementara itu di istana, Raja Bikau Bermano beserta seluruh keluarga istana dilanda kecemasan. Sudah dua minggu Gajah Merik belum juga kembali dari pertapaannya. Oleh karena itu, sang Raja memerintahkan beberapa hulubalang untuk menyusul Gajah Merik di Tepat Topes. Namun, sebelum para hulubalang itu berangkat, tiba-tiba salah seorang hulubalang yang ditugaskan menjaga tempat pemandian di tepi Danau Tes datang dengan tergesa-gesa.

“Ampun, Baginda! Gajah Merik telah kembali bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai,” lapor hulubalang.

“Ah, bagaimana mungkin? Bukankah Gajah Merik sedang bertapa di Tepat Topes?” tanya baginda heran.

“Ampun, Baginda! Kami yang sedang berjaga-jaga di danau itu juga terkejut, tiba-tiba Gajah Merik muncul dari dalam danau bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai. Rupanya, seusai bertapa selama tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik langsung menuju ke istana Raja Ular dan berhasil membebaskan Gajah Meram dan Putri Jinggai,” jelas hulubalang itu.

“Ooo, begitu!” jawab sang Raja sambil tersenyum.

Tidak berapa lama kemudian, Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai datang dengan dikawal oleh beberapa hulubalang yang bertugas menjaga tempat pemandian itu. Kedatangan mereka disambut gembira oleh sang Raja beserta seluruh keluarga istana.

Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke seluruh pelosok negeri dengan cepat. Untuk menyambut keberhasilan itu, sang Raja mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Setelah itu, sang Raja menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram menolak penyerahan kekuasaan itu.

“Ampun, Ayahanda! Yang paling berhak atas tahta kerajaan ini adalah Gajah Merik. Dialah yang paling berjasa atas negeri ini, dan dia juga yang telah menyelamatkan Ananda dan Putri Jinggai,” kata Gajah Meram.

“Baiklah, jika kamu tidak keberatan. Bersediakah kamu menjadi raja, Putraku?” sang Raja kemudian bertanya kepada Gajah Merik.

“Ampun, Ayahanda! Ananda bersedia menjadi raja, tapi Ananda mempunyai satu permintaan,” jawab Gajah Merik memberi syarat.

“Apakah permintaanmu itu, Putraku?” tanya sang Raja penasaran.

“Jika Ananda menjadi raja, bolehkah Ananda mengangkat Raja Ular dan pengikutnya menjadi hulubalang kerajaan ini?” pinta Gajah Merik.

Permintaan Gajah Merik dikabulkan oleh sang Raja. Akhirnya, Raja Ular yang telah ditaklukkannya diangkat menjadi hulubalang Kerajaan Kutei Rukam.

Kisah petualangan Gajah Merik ini kemudian melahirkan cerita tentang Ular Kepala Tujuh. Ular tersebut dipercayai oleh masyarakat Lebong sebagai penunggu Danau Tes. Sarangnya berada di Teluk Lem sampai di bawah Pondok Lucuk. Oleh karena itu, jika melintas di atas danau itu dengan menggunakan perahu, rakyat Lebong tidak berani berkata sembrono.

* * *

Demikian cerita Ular Kepala Tujuh dari Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, Indonesia. Cerita rakyat di atas termasuk kategori cerita legenda yang mengandung pesan-pesan moral. Setidaknya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu sifat rendah hati dan tahu diri.

Pertama, sifat rendah hati. Sifat ini tercermin pada perilaku Gajah Merik. Walaupun memiliki ilmu yang tinggi, ia tidak pernah pamer dan menyombongkan diri. Sifat ini dapat memupuk ikatan tali persaudaraan. Sebagaimana dikatakan dalam untaian syair berikut ini:

wahai ananda kekasih bunda,
janganlah engkau besar kepala
rendahkan hati kepada manusia
supaya kekal tali saudara

Kedua, sifat tahu diri. Sifat ini tercermin pada perilaku Gajah Meram. Semestinya dialah yang berhak dinobatkan menjadi raja, namun karena menyadari bahwa adiknya memiliki kesaktian yang lebih tinggi dari pada dirinya, maka ia pun menyerahkan tampuk kekuasaan Kerajaan Kutei Rukam kepada adiknya, Gajah Merik. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa dengan memahami kekurangan dan kelebihan dirinya, seseorang akan tahu menempatkan diri dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Dikatakan dalam ungkapan Melayu:

apa tanda tahu dirinya:
hamba tahu akan Tuhannya
anak tahukan orang tuanya
raja tahukan daulatnya
alim tahukan kitabnya
hulubalang tahukan kuatnya
cerdik tahukan bijaknya
guru tahukan ilmunya
tua tahukan amanahnya
muda tahukan kurangnya
lebih tahukan kurangnya.