Kamis, 12 Agustus 2010

manajemen pembalajaran

PEMBAHASAN

STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN MANAJEMEN KELAS

A. Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.

Terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini :

1. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern

Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)

2. Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )

  1. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
  2. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
  3. Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
  4. Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
  5. Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
  6. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
  7. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
  8. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)

B. Tujuan, Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas
1. Tujuan Manajemen Kelas

Tujuan manajemen kelas adalah :

  1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
  2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
  3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
  4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )

2. Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas

Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).

  1. Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi :
    Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
  2. Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar.
    Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : masalah individual dan masalah kelompok.

Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti :

  1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.
  2. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan.
  3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
  4. Peragaan ketidakmampuan.

Sedangkan masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam kelas :

  1. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
  2. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.
  3. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
  4. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
  5. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap, semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain. ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, dalam M.Entang dan T.Raka Joni1983 ).

C. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Kelas

“Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.

1. Hangat dan Antusias

Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

6. Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

D. Pendekatan dalam Manajemen Kelas

Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

1. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

2. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

3. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

5. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.

Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.

Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

7. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.

8. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan peng

D. KONSEP-KONSEP MANAJEMEN KELAS

1. Konsep Dasar Manajemen Kelas

Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat pokok untuk mencapai tujuan instruksional yang efektif. Pengelolaan kelas yang dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem instruksional yang fundamental. Pengelolaan kelas berupaya menciptakan kondisi belajar mengajar yang optimal sehingga diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan, kondusif, efektif, dan efisien untuk mencapai tujuan pengajaran. Manajemen Kelas berperan penting dalam pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan menunjang pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan nasional. Dengan demikian diperlukan proses kerja sama yang baik antara sekolah, siswa, orang tua siswa, dan lingkungan sekolah untuk mengelola kelas.

Manajemen Kelas merupakan seperangkat tindakan guru di dalam membantu pembentukan tingkah laku siswa, menghindari atau mengurangi gejala tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan tujuan sekolah dan memelihara organisasi kelas yang efektif dan efisien dalam rangka proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Manajemen Kelas erat hubungannya dengan persoalan pengajaran, Namun keduanya dapat dibedakan atas dasar tujuannya. Manajemen Kelas menitikberatkan pada kegiatan menciptakan, mempertahankan, dan mengembalikan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.

Kegiatan pengelolaan kelas ditujukan pada kegiatan yang menciptakan dan menjaga kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar siswa, seperti membina hubungan baik antara siswa dengan guru, reinforcement, punisment, dan pengaturan tugas. Pengajaran menitikberatkan pada kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan khusus pengajaran, seperti menyusun rencana pelajaran, memberi pengajaran yang efektif, dan melakukan evaluasi formatif dan sumatif.

Terdapat lima pandangan mengenai definisi Manajemen Kalas, yaitu:

1. Pandangan otoriter, menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah proses mengontrol tingkah laku siswa, bersifat otoratif, dan merupakan seperangkat aktivitas guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas,

2. Pandangan permisif, memberikan kebebasan kepada siswa untuk berbuat apa saja yang diinginkannya dan merupakan seperangkat aktivitas guru untuk mengoptimalkan kebebasan siswa,

3. Pandangan tingkah laku, sebagai seperangkat aktivitas pengajaran untuk mengembangkan perilaku siswa yang tidak diinginkan dan mengurangi atau meniadakan perilaku siswa yang tidak diinginkan,

4. Pandangan hubungan interpersonal, pengelolaan kelas merupakan proses penciptaan iklim sosioemosional yang positif di dalam kelas,

5. Pandangan sistem sosial, pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pengajaran untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Dari uraian diatas simpulan pengertian dari Manajemen Kelas ialah suatu proses atau upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

2. Ruang Lingkup Manajemen Kelas

Manajemen Kelas memiliki ruang lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas,

2. Nonfisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini asapek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan.

3. Ketatausahaan Kelas

Ketatausahaan kelas merupakan kegiatan mencatat dan melaporkan secara sistematis mengenai keterangan dan informasi tentang kelas. Tata usaha kelas yang dikerjakan dengan tertib dan teratur merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadinya kondisi yang optimal bagi proses belajar mengajar yang efektif. Catatan kelas merupakan catatan aktivitas ke dalam yang berhubungan dengan diri siswa. Catatan kelas berfungsi sebagai bimbingan dan penyuluhan bagi siswa secara individual ataupun klasikal. Tujuan pencatatan ialah:

1. Membantu dalam penempatan setiap siswa,

2. Mempertimbangkan bahan dan jam pelajaran,

3. Mengkaji tentang pembiayaan, kebutuhan tentang bangunan, perlengkapan kelas, dan penelitian,

4. Menginterpretasikan sebab atau kondisi yang tidak diinginkan.

Laporan kelas menyangkut aktivitas keluar sekolah. Laporan ini misalnya laporan kepada pimpinan sekolah, yayasan, dan Departemen Pendidikan Nasional. Laporan kepada orang tua siswa yaitu laporan administratif (buku raport) yang berisi laporan kemajuan atau kemunduran prestasi siswa secara periodik.

4. Keefektifan Kelas

Tingkat keefektifan kelas dipengaruhi oleh kinerja guru dalam mengelola kelas. Keefektifan guru berpengaruh terhadap pengajaran, sehingga diperukan guru yang termotivasi dan kompeten dalam mengelola kelas. Keefektifan kelas dipengaruhi oleh supervisor dalam memberikan supervisi kepada. Dengan demikian supervisor harus tanggap untuk memberi bantuan kepada guru yang mempunyai masalah atau problema yang berhubungan dengan masalah mengajar ataupun masalah pribadi. Problema yang dihadapi guru misalnya guru yang belum berpengalaman, yang kurang aktif, waspada terhadap guru yang merasa superior (senior dan berhasil dalam pengajaran), dan selalu menentang.

Perencanaan dan pengorganisasian pengajaran memegang peran penting dalam keefektifan kelas. Perencanaan pengajaran yang dipersiapkan guru disusun sesempurna mungkin untuk pedoman dalam kegiatan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dalam menyusun rencaa pengajaran harus mengetahui informasi dan latar belakang siswa, sehingga dalam penyampaian pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan faktor perbedaan siswa.

Pengorganisasian pengajaran yang diterapkan di sekolah harus memperhatikan faktor perbedaan kemampuan dan latar belakang siswa. Sehingga sekolah dalam pengorganisasian kelas tidak salah mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atau kelas. Pengajaran yang dapat diterapkan oleh sekolah ialah pengajaran secara individual dan klasikal.

5. Pembinaan Disiplin Kelas

Di lembaga sekolh perlu adanya kode etik atau norma yang mengatur tingkah laku orang yang berada di lingkungan tersebut dan menjadi pedoman dalam bertindak. Tujuan kode etik siswa ialah:

1. Agar terdapat suatu standar tingkah laku tertentu yang dijadikan pedoman bagi siswa di sekolah,

2. Agar terdepan kesamaan bahasa da gerak langkah antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat dalam siswa,

3. Agar dapat menjunjung tinggi citra siswa dan sekolah dimata masyarakat,

4. Agar tercipta suatu aturan yang ditaati bersama khususnya siswa dan personalia sekolah.

Disiplin siswa ialah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki siswa di sekolah, tanpa ada pelanggaran yang merugikan baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap siswa dan sekolah secara keselruhan. Konsep tentang timbulnya disiplin ialah:

1. Kontrol otoriter, manakala siswa duduk tenang meperhatikan guru karena ada tekanan. Guru harus keras agar siswa disiplin,

2. Kebebasan liberal (permissive), siswa diberi kebebasan sebebas-bebasnya sesuai dengan perkembangannya, siswa dibiarkan berbuat apa saja sepanjan menurutnya baik,

3. Kebebasan terbimbing, siswa diberi kebebasan untuk berbuat tetapi dengan konsekuensi dari perbuatan itu harus dipertanggungjawabkan.

Pengendalian dan pengarahan untuk menciptakan dan memelihara disiplin siswa perlu diperhatikan. Adapun teknik pembinaan disiplin kelas ialah:

1. External Control, teknik dimana disiplin siswa dikendalikan di luar siswa. Konsep ini menyakini teori X yang mengasumsikan tidak baik mengenai manusia sehingga perlu diawasi dan dikontrol agar tidak melanggar. Teknik dapat berupa bimbingan dan penyuluhan,

2. Internal Control, teknik yang mengupayakan agar siswa dapat mendeskripsikan diri mereka sendiri dengan menyadarkan arti pentingnya disiplin. Dengan kesadaran akan norma dan tata tertib yang diterapkan, siswa dapat mengendalikan dirinya (self control),

3. Cooperatife control, dalam penegakan disiplin ada kerjasama antara guru dan siswa secara harmonis, respektif, dan efektif. Biasanya antara siswa dan guru membuat kontrak perjanjian berisi aturan dan sangsi atas pelanggaran yang harus ditaati bersama,

Hukuman merupakam sangsi yang diberikan kepada pelanggar baik secara moral, material, ataupun badan dari pelanggaran yang dilakukan atas aturan yang telah ditetapkan. Tujuan dari diberikannya hukuman ialah sebagai alat pendidikan daam usaha mendidik dan menyadarkan siswa atas kesalahannya.

6. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Sebelum memutuskan untuk berbuat sesuatu memilih, menetapkan, dan kemudian melaksanakan guru harus memahami terlebih dahulu konsepsi dan kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan yang dipilih disesuaikan dengan hakikat masalah dan merupakan alternatif yang terbaik. Pendekatan pengelolaan kelas yang dapat diterapkan guru adalah:

1. Pendekatan Behavior Modification

Dasar pendekatan ini adalah psikologi tingkah laku. Psikologi ini mengemukakan bahwa semua perilaku merupakan hasil belajar dan terdapat proses psikologi yang dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya proses belajar seperti penguatan, hukuman, dan penghapusan. Untuk mencapai efektifitas dengan pendekatan modifikasi tingkah laku ini perlu diperhatikan antara lain:

a. jika siswa tidak atau belum tahu bahwa tingkah lakunya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi menunjukkan kemauan untuk menyesuaikan, ini merupakan kondisi awal yang efektif untuk mencapai kegiatan belajar yang lebih optimal lagi,

b. jika siswa mendukung tingkah laku yang dikehendaki maka diharapkan kegiatan belajar selanjutnya dapat diperoleh secara efektif.

2. Pendekatan Socioemotional Climate

Dasar pendekatan ini adalah psikologi klinis dan konseling. Asumsinya bahwa pengelolaan kelas dan pengajaran yang efektif merupakan fungsi hubungan antara pengajar dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya, sedangkan pengajar menduduki posisi sentral bagi terciptanya iklim sosioemosionl yang baik. Guru bersikap tulus, menerima, menghargai, dan memahami siswa dari sudut siswa itu sendiri. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara siswa dengan siswa lainnya dan siswa dengan guru.

3. Pendekatan Group Process

Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok. Asumsinya bahwa pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru terutama dalam pengelompokan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan efektif. Di dalam kelompok sosial, termasuk juga kehidupan kelas terdapat aspek penting yang menyebabkan kelangsungan eksistensi dari kelompok itu. Aspek-aspek tersebut ialah interaksi, kepemimpinan, tujuan kelompok, perasaan kelompok, dan norma.

PENUTUP

Kesimpulan

Pengelolaan kelas menunjukkan pada aspek fisik, biasanya cenderung tidak menajadi sesuatu yang berkepanjangan. Kemampuan sekolah dalam pengelolaan kelas secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga hal tersebut merupakan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut standar yang berlaku.

Manajemen Kelas merupakan bagian dari pengelolaan sekolah seperti halnya pengelolaan peserta didik, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, dan hubungan masyarakat yang dipandang ikut menentukan mutu pendidikan. Tercapainya mutu pendidikan didukung oleh pengelolaan kelas yang baik dalam artian yang luas. Oleh karena itu pembinaan pendidikan pada kelas dan konsekuensinya kelas dikelola secara baik dan optimal.

Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan.

Jenis-jenis keterampilan mengajar terbatas, mempunyai rentangan dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang mengimplementasikan guru sebagai pusat keaktifan sampai kepada penciptaan situasi

DAFTAR PUSTAKA

http://mat.um.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid=95

http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/01/pemahaman-manajemen-kelas-classroom-management/

http://www.sabda.org/pepak/pustaka/030214/

http://meilanikasim.wordpress.com/2010/04/12/makalah-manajemen-kelas/

http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20ADMINISTRASI%20PENDIDIKAN/197203211999031%20-%20ASEP%20SURYANA/Copy%20%283%29%20of%20MODUL%20MANAJEMEN%20KELAS.pdf

http://masimamgun.blogspot.com/2009/05/manajemen-kelas.html