BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walapun demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal. Tiap aktifitas dan pengalama kita diliputi oleh sesuatu perasaan. Kita merasa senang atau tidak senang bila kita melakukan sesuatu atau bila kita mengalami sesuatu. Kita menilai sesuatu brdasarkan perasaan kita dan peraaan ini menentukan untuk sebagian besar apa kita melakukan atau mengulangi sesuatu.
Perasaan dan emosi pada umumnyadisifatkan sebagai keadaan (state) yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu. Misalnya seseorang merasa sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar atau merasan sesuatu. Dengan kata lain perasaan dan emosi disifatkan sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh individu. Pada umumnya peristiwa atau keadaan tersebut menimbulkan kegoncangan-kegoncangan dalam diri individu yang bersangkutan.
Menurut chaplin (1972) yang dimaksud dengan perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal. Kalau emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktifitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Karena itu emosi lebih intens dari pada perasaan, dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.
BAB II
PEMBAHASAN
PERASAAN DAN EMOSI MANUSIA
A. Pengertian perasaan
Perasaan ialah sesuatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif. Jadi unsur-unsur perasaan itu ialah:[1]
1. Bersifat subyektif dari pada gejala mengenal
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya. Pengenalan hanya bersandar pada hal-hal yang ada, berdasarkan pada kenyataan. Sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang mengalaminya.
Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Antara lain dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya. Pada suatu ketika ada gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.
Emosi pada dasarnya, adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara beransur-ansur oleh evolusi. Emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang berarti “ mengerakkan, bergerak”.
B. Pengertian Emosi (emotions)
sukar untuk mendefenisikan apakah emosi itu. Yang biasa kita sebutkan emosi ialah perasaan terkejut, takut, sedih, marah, gembira.
Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu ( khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah ( approach) atau menyingkiri ( avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekpresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.[2]
Sifatnya kalau kita tinjau ketakutan dalam kesedihan.
1. Emosi adalah reaksi kita terhadap suatu perubahan pada situasi yang sekonyong-konyong. Kita tidak dapat meguasai perubahan itu sebab kita bingung. Kita tidak dapat bertindak dengan suatu tujuan yang tertentu. Kalau kita dapat melakukan sesuatu untuk menguasai situasi, tanpa kita tidak mengalami emosi.
2. Emosi mempengaruhi keseluruhan manusia. Ia bersifat bukan saja rohani, tetapi juga jasmani. Kejadian jasmani senantiasa mengiri emosi. Kesatuan psikosomatis dengan nyata sekali dibuktikan dengan emosi. Umumnya perbedaan antara emosi dan perasaan adalah:
a. Emosi berlangsung tidak lama, perasaan dapat berlangsung untuk waktyu yang lama.
b. Emosi adalah reaksi terhadap kejadian-kejadian di luar kita, ini tidak berlaku untuk semua perasaan.
c. Emosi menguasai kita, perasaan tidak.
d. Emosi adalah reaksi terhadap kejadian-kejdian yang berarti vital terhadap kita, perasaan tidak.
Dengan menggunakan metode-metode baru untuk meneliti tubuh dan otak, para peneliti menemukan lebih banyak detail-detail fisiologi tentang bagimana masing-masing emosi mempersiapkan tubuh untuk jenis reaksi yang sangat berbeda:[3]
1. Bila darah amarah mengalir ke tangan, mudahlah tangan menyambar senjata atau menghantam lawan. Detak jantung meningkat.
2. Bila darah ketakutan mengalir ke otot-otot rangka besar, seperti: dikaki, langkah seribu.
3. Salah satu diantara perubahan-perubahan biologis utama akibat timbulnya kebabagian adalah meningkatnya kegiatan dipusat otak yang menghambat perasaan negatif dan meningkatkan energi yang ada, dan menenangkan rasa yang menimbulkan kerisauan.
4. Cinta, perasaan kasi sayang, dan kepuasan seksual mencakup ransangan parasimpatetik-secara fisiologi adalah lawan mobilitas “ bertempur atau kabur” yang sama-sama dimiliki oleh rasa takut maupun amarah.
5. Naiknya alis mata sewaktu terkejut memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang lebih lebar dan juga cahaya yang masuk keretina.
6. Diseluruh dunia , ungkapkan jijik tampaknya sama, dan memberi pesan yang sama.
7. Salah satu fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong menyesuaikan diri akibat kehilangan yang ,menyedihkan, seperti kematian sahabat atau kekecewaan besar.
C. Gejala-gejala perasaan kita tergantung pada:
1. Keadaan jasmani, misalnya dalam keadaan sakit.
2. Pembawaan, ada orang yang perasaan halus. Ada yang kebal.
3. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah mengerti bahwa keadaan pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Dalam kehidupan yang modern banyak bermacam-macam alat yang dipergunakan untuk memperkaya ransang emosi, seperti: televisi, radio, film, gambar, majalah dan sebagainya.
Stimulus yang datang dari luar, juga bergantung kepada:
1. Keadaan jasmani seseorang yang bersangkutan
2. Keadaan dasar individu
3. Keadaan individu pada suatu waktu. Atau keadaan yang temporer seseorang.
Tiga dimensi menurut wundt
1. Perasaan presens, yaitu yang bersangkuta dengan keadaan-keadaan sekarangyang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
2. Perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadian-kejadian yang akan datang.
3. Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau meliahat kebelakang yang telah terjadi.
D. Perasaan Dan Gejala-gejala Kejasmanian
Keadaan tubuh dapat mempengaruhi perasaan yang menimbulkan gerakan tubuh. Kenyataan tersebut banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan kita dapat mengira-ngirakan apa yang dirasakan orang lain. Dengan memperhatikan gerakan-gerakannya secara visual. Misalanya, gerak mata dan sebagainya.
E. Macam-macam perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari ada gejala perasaan yang tinggi dan yang rendah. Mex Scheler mengajukakn pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris, merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalanya rasa sakit, panas, dingin.
2. Perasaan ini bergantung pada keadaan jasmani seluruhnya, misalanya rasa segar.
3. Perasaan kejiwaan, merupakan seperti rasa gembira, susah, takut.
4. Perasaan kepribadian, merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalanya perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas.
Disamping itu Kohnstamm memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
1. Perasaan keinderaan
Perasaan ini adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalanya alat yang berhubungan dengan pencecapan, dengan rasa asin. Dan berhungan dengan sebagainya. Juga termasuk pada hubungan rasa lapar, haus, sakit dan sebagainya.
2. Perasaan kejiwaan.
· Perasaan intelektual
Merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan intelektual yaitu perasaaan yang timbul bila orang dapat memecahkan sesuatu soal, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasil kerja dari segi intelektual. Perasaan juga dapat suatu pendororng atau dapat memotifasi indipidu dalam berbuat dan perasaan ini dapat juga motifasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
· Perasaan kesusilaan
Timbul jika orang mengalami hal-hal yang baik atau yang buruk menurut norma-norma kesusilaan. Hal yang baik akan menimbulkan yang positif, jika yang buruk menimbulkan yang negatif.
· Perasaan keindahan
Timbul karena orangmengamati sesuatu yang indah atau yang jelek. Yang indah akan positif yang jelek akan negatif
· Perasaan kemasyarakatan
Timbul dalam hubungan dengan orang lain. Perasaan dapat bermacvam-macam coraknya, misal benci, antipati, senag atau simpati.
· Perasaan harga diri
merupakan perasaan yang menyertai harga diri seseorang. Perasaan positif jika dapat penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkatkan kepada perasaan harga diri lebih. Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negatif yaitu bila orang mendapatkan kekecewaan. Ini mendapatkan harga diri yang rendah
· Perasaan ketuhanan
Ini berkaitan dengan tuhan. Salah satu dianugrahkanya kemampuan mengenal tuhan. Perasaan digolongkan pada peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur. Oleh karena itu pemilihan pola hidup religius, adalah merupakan keputusan pribadi yang paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai topan kehidupan.
F. Sifat-sifat perasaan[4]
1. Perasaan yang meliputi keaktifan
kita tidak merupakan suatu sifat dari pada keaktifan itu yang tidak berubah-ubah.keaktifan yang kita jalani sekarang dengan senang hati tetapi beberapa waktu kemudian tidak lagi.perasaan selalu berubah-ubah, untuk mempelajarinya adalah sukar.didalam perasaan ada dua macam yaitu senang dan tidak senang.
2. Perasaan mempengaruhi kelakuan
Kita menjauhkan diri dari pada suatu pengalaman atau berusaha untuk melanjutkan dan mengulangi suatu keaktifan yang menyenangkan. Sebaliknya kita menjauhkan diri dan berusaha untuk menghindarkan atau menghentikannya bila ia tidak menyenangkan.
3. Perasaan bersifat lebih subyektif dari pada peristiwa jiwa lainya.
Segala peristiwa jiwa bersifat perorangan tetapi pada perasaan perbedaan perorangan itu lebih banyak dan lebih tampak.
4. Perasaan umumnya tidak timbul dengan sendirinya.
Ia banyak kali berhubunga. dengan peristiwa jiwa lainnya. Kita mengamati sesuatu, kita mengingat kepada sesuatu, kita memikirkan tentang sesuatu, kita menghendaki sesuatu, kita menfhayalkan sesuatu. Semua peristiwa jiwa kita ini menimbulkan suatu perasaan tertentu yang seterusnya mengiringi keaktifan jiwa kita itu. Tetapi sesekali dapat kita merasa senang atau tidak senang dan tak dapat kita katakan apa sumbernya.
5. Perasaan mengandung penilaian
Seorang ahli musik dapat menilai dengan perasaannya apakah suatu melodi baik atau tidak baik. Begitupun seseorang dangan perasaan estetis yang halus dapat menilai berdasarkan perasaannya apakah suatu lukisan indah, kurang indah atau jelek.
G. Pembagian perasaan
Stern membagi perasaan berdasarka hubungannya dengan waktu Ia membedakan:
a. Perasaan sekarang : kita berada di dalam situasi dan mengalami suatu perasaan berhubung dengan situasi itu.
b. Perasaan yang menjangkau ke dapan: kita mengalami suatu perasaan yang berhubungan dengan sesuatu yang kita akan alami sesuatu yang akan terjadi, sesuatu yang kita angan-angankan.
c. Perasaan yang membalik ke belakang: kita mengalami sesuatu perasaan yang berhubungan dengan sesuatuyang telah kita alami, yang sudah terjadi.
Scheler membagi perasaan berdasarkan tingkatanya, ia membedakan:
a. Perasaan sensoris Yang berada pada tingkatan keindahan: kita mengalami sesuatu perasaan bila kita mengindera sesuatu misalnya membau bau yang busuk, kita mengecap sesuatu yang manis dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsang badani lainnya.
b. Perasaan vital yang berada tingkatan hidup yang jasmaniah; kita mengalami sesuatu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh kita; kita merasa kuat, lemah, tidak segar, tidak enak dan lain-lain, termasuk perasaan-perasaan vital ini juga perasaan yang berhubungan dengan instink atau nafsu alam.
c. Perasaan psikis yang berada pada tingkatan rohani; kita mengalami sesuatu perasaan, yang tidak lagi berhubungan dengan sesuatu yang bersifat jasmaniah, tetapi yang berada pada tingkatan kejiwaan kita merasa gembira sebab mengalami kemenangan, kita berduka sebab kekalahan dan sebagainya.
d. Perasaan pribadi yang berada pada tingkatan perorangan. Semua perasaan begitupun juga peristiwa-peristiwa lainnya, bersifat pribadi, yaitu: saya merasa sesuatu yang berhubungan dengan saya sendiriyang berlainan dengan orang lain. Perasaan pribadi dalam pembagian ini adalah perasaan yang berhubungan rapat dengan penilaian diri sendiri. Dalam hal ini keseluruhan pribadi ikut campur misalnya: kita merasa berbahagia, kitaa merasa tek berdaya sama sekali. Berdasarkan ikut campurnya pribadi itu perasaan pribadi dapat disebut perasaan mendalam.
e. Berdasarkan nilainilai hidup Spranger yang kita kejar dalam hidup kita, yang memengaruhi segala perbuatan kita, dapat perasaan psikis itu kita bagi atas perasaan intelektual, perasaan ekonomis, perasaan estetis, perasaan kuasa, perasaan sosial dan perasaan agama bergantung pada bidang manakah sesuatu yang menimbulkan perasaan puas atau tidak puas, perasaan senang atau tidak senang itu berada. Kalau kita merasa senang atau tidak senang tentang prestasi intelektual kita maka perasaan itu adalah perasaan intelektual sedang perasaan berhubungna dengan keindahan disebut perasaan keindahan atau perasaan estetis dan sebagainya.
Bigot Kohnstamm dan Palland mengemukakan dua perasaan psikis yang lainnya yaitu:
1. Perasaan harga diri sendiri yaitu perasaan yang mengiringi anggapan kita tentang kesanggupan kita.
2. Perasaan kesusilaan berhubungan dengan sesuatu dalam bidang etis. Kita merasa sengang bila kita berbuat sesuatu yang baik. Kita merasa bersalah atau berdosa, bila kita berbuat sesuatu yang jahat.
H. Teori-teori emosi[5]
1. Hubungan emosi dengan gejala kejasmanian
Dengan demikian pada waku itu telah ada pendapat tenteng adnya hubungan antara kejiwaan dengan kejasmanian. Dengan demikian pada waktu itu telah ada pendapat tentang adanya hubungan antara kejiwaan dengan kejasmanian. Bila seseorang mengalami emosi, pada individu itu akan terdapat perubahan-perubahan kejasmaniannya. Misalnya kalu orang mengalami ketakutan, mukanya menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar. Jadi adanya perubahan dalam kejasmanian seseorang apabila individu sedang mengalami emosi.
2. Teori emosi berkaitan dengan motivasi
Teori mengenai emosi dalam kaitannya dengan motivasi dikemukakan oleh leeper. Garis pemisah antara emosi dengan motivasi adalah sangat tipis. Misal takut ( fear), ini adalah emosi, tetapi ini juga motif pendorong prilaku, karena bila orang takut maka orang akan terdorong berprilaku kearah tujuan tertentu.
Tomkins mengemukakan bahwa emosi itu menimbulkan enersi untuk motivasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa motif atau dorongan hanya memberikan informasi mengenai sementara kebutuhan. Misalnya dorongan memberitahukan kepada kita bahwa makanan itu dibutuhkan, demikian juga air dan sebagainya. Berkaitan denga ini adalah emosi, yang menimbulkan enersi untuk dorongan atau drive, sehingga adanya motivational power.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa dapat disimpulkan perasaan dan emosi termasuk gejala jiwa yang dimiliki seseorang ataupun individu. Hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan ini cepat menular, dan perasaan ini sangat berpengaruh yang besar kepada setiap perbuatan dan kemauan. Emosi berpengaruh juga terhadap kejiwaan berarti berpengaruh juga terhadap kemauan dan perbuatan. Maka gejala jiwa itu berpengaruh pula terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi. Kekuatan perasaan dapat diperkuat dan dapat diperlemah. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa manusia segalagalanya dikuasai oleh emosi. Sebab emosi tidak merupakan gejala jiwa yang dominan bagi manusia, sebab masih ada faktor yang lain ikut mempengaruhi terhadap kehidupan manusia. Namun demikian peranan emosi tidak dapat diabaikan oleh manusia.
Perasaan juga mempunnyai golongan. Yaitu: perasaan intelektual, kesusilaan keindahan, kemasyarakatan, harga diri, dan perasaan ketuhanan.
B. SARAN
Demikianlah hasil makalh yang dapat penulis cantumkan, mungkin masih banyak kekurangan baik dari tulisan maupun yang lainnya, pemakalah mohon maaf atas segala keilafan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca demi kebaikan makalh ini. Penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo. Prof. Dr. 2004. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: andi
Ahmadi, Abu, Drs. H. 2003. Psikologi umum. Jakrta: Rineka cipta
Goleman, Daniel. 2003. Emotional intelegence jakarta: PT Gramedia pustaka utama.
Pror. F. Patty MA. Dkk. 1982. Pengantar Psikologi umum. surabaya: usaha nasional.
[1] Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi umum ( jakarta: rineka Cipta. 2003) hlm 101
[2] Prof. Dr. Bimo Walgito. Pengantar psikologi umum (yogyakarta: Andi. 2004) hlm 209
[3] Daniel goleman. Emotional intelegence ( jakarta: PT Gramedia pustaka utama. 2003) hlm 7
[4] Pror. F. Patty MA. Dkk. Pengantar Psikologi umum. ( surabaya: usaha nasional. 1982) hlm 115
[5] Opcit bimo walgito hlm 211
Tidak ada komentar:
Posting Komentar