Jumat, 23 April 2010

Konseling Trauma


Konseling Trauma
A. Latar Belakang:
Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia dimana kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utamanya sekitar 40 - 50 %. Mayoritas trauma kepala terjadi pada usia 15 – 45 tahun dengan kejadian tertinggi pada pria. Drenase torakostomi biasanya dilakukan untuk mengembangkan kembali paru atau evakuasi darah / udara yang terjadi pada trauma tajam ataupun trauma tumpul toraks. Tindakan tersebut merupakan pembedahan yang invasif hingga mungkin timbul komplikasi yang perlu dicegah untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat tindakan tersebut .
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan laulintas atau luka tembak. Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).

B. Pengertian

- Trauma adalah Pengalaman yang tiba – tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis. Pengalaman – pengalaman traumatis dapat juga membentuk sikap pribadi seseorang.
- Trauma piural adalah satu luka baik yang bersifat fisik atau jasmaniah maupun psikis.
- Trauma delirium adalah satu keadaan delirium disebabkan oleh luka diotak.
- Traumatik neurosis adalah satu neorosa disebabkan oleh satu pengalaman yang luar biasa menyakitkan hati, satu neorosa situasi.
- Traumatic psychosis adalah satu keadaan psikotis yang ditimbulkan oleh luka di otak.
- Traumatic dua thesis adalah mudah mendapat kecelakaan.
Semua anak mengalami pristiwa – pristiwa yang mengkibatkan stress, namun sebagian anak mengalami peristiwa – peristiwa traumatis yang tak lazim, tiba – tiba dan menakutkan. Contoh peristiwa –peristiwa seperti itu adalah bencana – bencana alam, penyiksaan anak, kekerasan masyarakat dari peristiwa 11 september. Peristiwa – peristiwa tersebut bisa melibatkan cidera serius atau kematian sesungguhnya atau ancaman kepada anak – anak sendiri atau seseorang yang mereka kenal.
Semua anak – anak yang terpajankan pada ketidak berdayaan dan ketakutan yang mendalam dalam kaitannya dengan trauma atau kematian seseorang yang dicintainya mungkin sangat rentan terhadap posttraumatic stress disorder(PTSD), gangguan – gangguan kecemasan atau depresi.
Kendati banyak anak memperlihatkan tanda – tanda stress pada beberapa minggu pertama setelah trauma, kebanyakan akan kembali ke keadaan kesehatan emosional dan fisiknya seperti sediakala. Bagi anak – anak yang mengalami kesulitan lebih besar untuk kembali normal, mungkin diperlukan bantuan professional.

Bagaimana gejala – gejala trauma itu?
Gejala – gejala trauma pada anak bisa masuk keadalam kategori – kategori berikut ini :
• Mengalami kembali
- Saat – saat ketika seorang anak tampak memainkan kembali peristiwa itu dibenaknya.
- Ganguan memori – memori berulang atas peristiwa atau permainan berulang mengenai peristiwa itu.
• Mimpi buruk
• Pembangkitan
- Perilaku tak terarah dan tak tenang
- Marah atau berang
- Nerves terhadap siapapun dan apapun yang berada disekitarnya (misalnya, ketika orang – orang terlalu dekat dengannya).
- Kaget ketika mendengar suara keras
• Penghindaran
- Penghindaran pemikiran – pemikiran, perasaan – perasaan atau tempat – tempat yang mengingatkan anak atas apa yang terjadi.
- Kaku atau kekurangan emosi – emosi
• Perilaku – perilaku lain
- Kemunduran ke perilaku terdahulu, seperti tak mau berpisah, ngompol, mengisap jempol/jari
- Sulit tidur atau konsentrasi
- Menjauh dari orang lain, penarikan social
- Penggunaan secara berlebihan alcohol atau zat –zat lain untuk mengobati diri.
Siapa yang kemungkinan terkena trauma?
Setelah terjadinya suatu peristiwa traumatic seperti serangan World Trade Center atau bencana alam, anak – anak dan anak usia belasan tahun yang paling besar resikonya terkena trauma adalah anak – anak yang : secara langsung menyaksikan peristiwa – peristiwa itu, menderita konsekuensi – konsekuensi pribadi langsung (seperti kematian orang tuanya atau luka pada dirinya), memiliki masalah – masalah belajar atau kesehatan mental lain sebelum peristiwa serangan atau bencana tarjadi dan kekurangan jaringan social yang kuat.
Apa yang menyebabkan trauma?
Tidak setiap orang yang memiliki pengalaman yang sama memberi respon dengan cara yang sama. Orang – orang lahir dengan kecenderungan – kecenderungan biologis yang berbeda kearah caranya dalam merespon stress. Sebagian lebih mudah beradaptasi, lainnya lebih berhati – hati. Reaksi – reaksi dana pemulihan juga dipengaruhi oleh lama dan intensitas peristiwa traumatic.
Apakah traumatic bisa di cegah?
Dukungan orang tua mempengaruhi seberapa bagus anak dalam menghadapi akihbat peristiwa itu. Para orang tua dan professional bisa membantu anak – anak dengan :
• Memperlihatkan kehadiran fisik yang kuat.
• Meneladani dan mengelola ungkapan perasaan – perasaan dan penguasa diri.
• Menetapkan pekerjaan – pekerjaan rutin dengan kelenturan
• Menerima kemunduran perilaku – perilaku anak – anak sembari mendorong dan mendukung kembalinya keaktivitas yang sesuai dengan usia.
• Membantu anak – anak dalam menggunakan strategi – strategi penenangan yang dikenal.
• Membantu anak bersama – sama dalam mempertahankan keamanannya
• Mengizinkan anak mengemukakan ceritanya dalam kata – kata, permainan atau gambar – gambar untuk menyatakan dan menormalisasikan pengalamannya.
• Membahas apa yang dilakukan atau apa yang telah dilakukan untuk mencegah agar peristiwa seperti itu tidak terulang lagi.
• Mempertahankan suatu lingkungan yang stabil dan dikenal.
Bagaimanakah trauma disembuhkan?
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) ternyata cukup efektif untuk menyembuhkan anak – anak yang mengidap trauma. Pelatihan kognitif membantu anak – anak dalam menata pemikiran – pemikiran dan perasaan – perasaannyasehingga mereka bisa hidup normal tanpa adanya perasaan terancam. Intervensi – intervensi behavioral meliputi pembelajaran untuk menghadapi ketakutan – ketakutan sehingga anak – anak tidak lagi berupaya menghindari orang – orang dan tempat – tempat yang mengingatkannya akan peristiwa traumatis. Disini digunakan teknik – teknik rileksasi sembari anak dibimbing dengan cermat agar mau mengungkapkan cerita mengenai peristiwa traumatis itu. Strategi – strategi tersebut mengajari anak – anak mengenai cara mengatasi stress dan ketakutan – ketakutannya secara efektif. Juga sering disertai kegiatan melatih para orang tua membantu anak dalam menggunakan strategi – strategi baru menguasai diri dan mengajari orang – orang dewasa mengenai cara menggunakan strategi – strategi penenangan diri.
Memulihkan anak dari Trauma
Empat pelajaran berikutnya akan menjelaskan unsur-unsur pokok untuk memulihkan seorang anak dari trauma.
Strategi ini termasuk ---
• Memberi kesempatan untuk melepaskan secara aman perasaan-perasaan (berbicara atau bermain)
• Memberi anak rasa aman yang dapat memberi kebebasan dari gejala-gejala dan tingkah laku pascatraumatis.
• Menolong anak pulih dari rasa misteri dan kendali dalam kehidupan melalui situasi yang tersusun seperti kehidupan yang rutin dan membuat keputusan.
• Memperbaiki kesalahfahaman dan mempersalahkan diri.
• Memulihkan rasa percaya anak dalam dirinya sendiri, bersamaan dengan keyakinan dalam pengharapan bagi masa depan.
• Memperkecil luka trauma melalui menunjukkan pengertian orang lain akan trauma anak, khususnya bagi mereka yang memberikan perhatian / pemeliharaan.


C. kesimpulan
Penderita-penderita dengan trauma tumpul lebih sering dan lama dirawat di ICU, lebih sering dna lebih lama menggunakan ventilator. Di lain pihak, komplikasi akibat drainase torakostomi pada kedua jenis trauma toraks tidak didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan drainase torakostomi masih merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan kembali paru dan mengevakuasi darah dan udara tanpa komplikasi yang signifikan.


Daftar fustaka

-Marie, anne. 2006. mendmpingi anak pada masa trauma. Jakarta: prestasi pustaka karya
-Drs. Sursono. 1997. kamus konseling. Jakarta: PT rineka cipta
- http://www.indonesianorphans.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar