manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memamfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif dan tercapainya tujuan perusahaan.
Sumber daya manusia diperusahaan perlu dikelola secara professional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan.keseimbangan secara produktif dan wajar.
Perkembangan usaha dan organisaasi perusahaan sangatlah bergantung pada produktivitas tenaga kerja yang ada di perusahaan.
Dengan pengaturan manajemen sumber daya manusia secar professional, diharapkan pegawai bekerja secara produktif. Pengelolaan pegawai secara professional ini harus dimulai sejak perekrutan pegawai, penyeleksian. Pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya.
Maka oleh sebab itu dalammakalah ini akan membahas tentang sumber daya manusia dan berbagai macam yang menyangkut SDM.
BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
A.Pengertian
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengawasan, pengembangan, pemberiaan balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahantenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia dapat dwdefenisikan pula sebagai suatu penglolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal didalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu pegawai.
MSDM dapat didefenisikan sebagai proses serta upaya untuk merekrut, mengembangkan, memotivasi serta mengevaluasi keseluruhan SDM yang diperlukan perusahaan dalam pencapaian tujuan. MSDM merupakan proses yang berkelanjutan, sejalan dengan prose operasionallisasi perusahaan, oleh karena itu perhatian terhadap SDM harus memiliki tempat yang khusus dalam otrganisasi perusahaan.
B.Fungsi Pengorganisasian dan MSDM
Ada beberapa alasan MSDM ditempatkan pada bagian fungsi pengorganisasian (Sule dan Saefullah, 2005):
1.kegiatan yang dilaksanakan dalam MSDM terkait erat dengan kegiatan pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi (dalam halam halini SDM) ke dalam bagian-bagian dalam organisasi.
2.fungsi pengarahan dan pelaksaan hanya akan dapat dijalankan jika alokasi SDM telah dilakukan dalam fungsi pengorganisasian.
3.Sekalipun kegiatan memotivasi mengarahkan(yang juga merupakan bagian lain dari MSDM) termasuk dalam fungsi pengarahan (leading) namun dengan demikian kunci pokok pertama sebelum SDM diarahkan dan motivasi adalah ketika SDM ditentukan dan ditempatkan dimana kegiatan menentukan dan menempatkan lebih cenderung berada pada fungsi pengorganisasian.
4.Dikarenakan ilmu social khususnya ilmumanajemen tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dan saling berkait, maka tidak menjadi masalah sekirnya MSDM ini di tempatkan pada fungsi pengorganisasian maupun di bagian fungsi pengarahan.
C.Fungsi Operatif Manajemen Sumber Daya Manusia
Terdapat enam fungsi operatif MSDM, yaitu sebagai berikut:
1.pengadaan tenaga kerja terdiri dari:
a.perencanaan sumber daya manusia
b.analisis jabatan
c.penarikan pegawai
d.penempatan kerja
e.orientasi kerja (job orientation)
2.pengembangan tenaga kerja mencakup:
a.pendidikan dan pelatihan ( training and development)
b.pengembangan (karier)
c.penilaian prestasi kerja
3.pemberian balas jasa mencakup:
a.balas jasa langsung terdiri dari:
·gaji / upah
·insentif
b.balas jasa tak langsung terdiri dari:
·keuntungan (benefit)
·pelayanan / kesejahteraan (services)
4.integrasi mencakup:
a.kebutuhan karyawan
b.motivasi kerja
c.kepuasan kerja
d.disiplin kerja
e.partisipasi kerja
5.pemeliharaan tenaga kerja mencakup:
a.komunikasi kerja
b.kesehatan dab keselamatan kerja
c.pengendalian konflik kerja
d.konseling kerja
6.pemisasahan tenaga kerja mencakup:
a.pemberhentian karayawan.
D.Proses MSDM
Proses MSDM adalah keseluruhan proses yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Prosesnya meliputi perencanaan SDM, perekrutan, seleksi, penandatanganan kontrak kerja, penempatan tenaga kerja, orientasi, pendidikan dan latihan, pemberian kompensasi, penilaian prestasi kerja hingga pemutusan hubungan kerja.
Secara garis besar, proses MSDM dibagi ke dalam lima bagian fungsi utama yang terdiri dari:
1.Human Resources Planning.merencanakan kebutuhan dan pemamfaatan SDM bagi perusahaan
Personnel Procurement. Mencari dan mendapatkan SDM, termasuk di dalamnya rekrutmen, seleksi dan penempatan, serta kontrak tenaga kerja.
Personnel Development. Mengembangkan SDM, termasuk di dalamnya program orientasi tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan.
personnel Maintenance. Memelihara SDM termasuk di dalamnya pemberian penghargaan, insentif, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, dsb.
Personnel Utilization. Memamfaatkan dan mengoptimalkan SDM, termasuk di dalamnya promosi, demosi, transfer, dan juga separasi.
Mengelola Keragaman dalam Pekerjaan
Keragaman adalah perbedaan yang terdapat antar anggota dalam suatu organisasi yang dapat mengganggu kelancaran aktivitas organisasi. Keragaman dapat berupa perbedaan dari segi usia, suku bangsa, jenis kelamin, jenis status, dan sebagainya. Oleh karena itu, organisasi perlu memikirkan upaya pengelolaan keragaman agar tujuan organisasi dapat tercapai. Akan tetapi, ketika organisasi dapat mengelola keragaman dengan baik, keragaman dapat menjadi keunggulan kompetitif terutama jika organisasi memiliki sisten yang jelas dan transparan bagi seluruh tenag tenaga kerja. Tenaga kerja dapat berlomba-lomba untukberprestasi.
Organisasi terdiri dari dua komponen yaitu :
1.Individu
2.Kumpulan individu.
Sehingga upaya bias dilakukan dengan pendekatan individual dan pendekatan organisasi. Strategi individual pada pengendalian diri individu dalam organisasi. Setiap individu dalam organisasi perlu memiliki toleransi dan pengertian. Peran organisasi dilakukan melalui perbuatan regulasi yang adil dan tidak biasa gender. Perusahaan dapat melakukan sosialisasi terus menerus mengenai pentingnya kesadaran, pengertian, dan toleransi melalui berbagai pelatihan atau kegiatan yang akan mempertemukan keragaman yang ada dalam format kerja sama yang produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Julina, SE, M.Si. 2008.Pengantar Manajemen. Pekanbaru: Suska Press.
Dr. A. A. Mangku, Prabu Anwar.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahan. Bandung: Rosda.
Selasa, 25 Mei 2010
Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi
A. Perawatan tekanan darah tinngi.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: tekanan darah
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII [1]
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal
< 120 mmHg
(dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
(atau) 80-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
(atau) 90-99 mmHg
Stadium 2
>= 160 mmHg
(atau) >= 100 mmHg
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan. da n segala bentu ongol ongol
Pengaturan tekanan darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
Aktivitas memompa jantung berkurang
Arteri mengalami pelebaran
Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
· Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
· Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
· Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormonangiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis)
bawang putih (tidak boleh lebih dari 3-5 siung sehari)
daun misai kucing
minuman serai. teh serai yang kering atau serai basah(fresh) diminum 3 kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak penurunan tekanan darah tinggi
Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi
Deskripsi Hipertensi merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.
Sebanyak 90 % kasus penyebab hipertensi tidak diketahui. Namun dapat juga sekunder akibat penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor dari kelenjar adrenal, obat-obatan, maupun kehamilan.
Hal-hal yang dapat menimbulkan hipertensi antara lain; merokok/minum alkohol, pola makan banyak garam dan lemak, kurang berolah raga, obesitas, dan stress.
Gejala Gejala dari penyakit ini antara lain; biasanya tidak ada gejala sampai timbul komplikasi. Sedang komplikasi yang menyertai biasanya; stroke, kegagalan jantung, dan kerusakan ginjal.
Hipertensi dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin tiap tahun setelah usia 30 tahun, tidak merokok/minum alkohol, Kurangi berat badan bila berlebihan, aerobik, dan mengendalikan stres.
Perawatan Sedangkan perawatan terhadap penderita hipertensi antara lain; pengobatan tanpa obat (diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh, peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan dan teratur) dan Obat-obatan antihipertensi.
Pendekatan di Fu Jeng Tang
Rehabilitasi Stroke adalah satu dari tiga spesialisasi pelayanan utama yang kami fokuskan di Fu Jeng Tang. Untuk pasien stroke yang memerlukan rehabilitasi, dokter spesialisasi kami akan bertujuan untuk memecahkan kondisi umum setelah stroke atau mempercepat proses rehabilitasi. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke maka harus dikendalikan. Untuk pasien dengan tekanan darah tinggi, dokter spesialis kami akan berusaha mengendalikan tekanan darah tinggi.
Seluruh spesialis medis kami adalah dokter dengan kualifikasi tinggi dalam bidang Pengobatan Tradisional Cina dengan pengalaman bertahun-tahun dalam merawat ribuan pasien yang membutuhkan rehabilitasi stroke dan perawatan dari tekanan darah tinggi. Untuk pasien rehabilitasi stroke kami memberikan perawatan paling mewah untuk pasien dan keluarga mereka. Kami mengkombinasikan semua Layanan Medis kami untuk merawat sang pasien. Spesialis Obat Herbal, Spesialis Akupuntur dan Spesialis Tui Na bekerja sama sebagai satu tim untuk merancang rencana perawatan untuk seorang pasien.
Tidak seperti kebanyakan klinik Pengobatan Tradisional Cina di dunia, di Fu Jeng Tang, spesialis kami dengan berbagai macam spesialisasi Pengobatan Tradisional Cina bekerja sama dalam satu tim untuk merawat pasien. Kami menginformasikan pasien kami mengenai kondisi mereka dan menyediakan waktu untuk menjelaskan kepada pasien kami bagaimana kami berencana merawat mereka. Pendekatan kami yang memiliki berbagai macam spesialisasi berbeda dari klinik Pengobatan Tradisional lainnya yang tidak memiliki berbagai macam spesialis dalam satu klinik atau membuat spesialis bekerja terpisah antara satu dengan yang lain.
Tujuan kami adalah menggunakan metode paling efektif dari praktek tradisional yang sudah ada dan meningkatkan mereka dengan riset terbaru, pengalaman dan teknologi.
Rencana perawatan yang dibuatkan oleh pemimpin dokter spesialis akan menyertakan Pengobatan Herbal untuk menstimulasi organ untuk meningkatkan rehabilitasi dan juga beberapa sesi Akupuntur yang sering dibarengi dengan Kop Api asli kami dan/atau teknik naga api atau round-bottom glass cupping, small bottom glass cupping, Moxibustion dan/atau Aquapressure. Tui Na mungkin disertakan juga dalam rencana perawatan untuk menstimulasi otot dan meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
Kami juga akan merekomendasikan pasien untuk Physiotherapists, Speech Therapists, Occupational Therapists dan Psychologist jika mereka dibutuhkan. Kami juga bekerja sama dengan Royal Progress International Hospital, Jakarta, Indonesia jika pasien membutuhkan anjuran dari Neurologist atau membutuhkan pelayanan medis Pathology dan/atau Radiology, seperti X-Ray, CT Scan dan/atau MRI.
Di Fu Jeng Tang kami meluangkan waktu untuk menjelaskan kepada pasien kami dan keluarga mereka mengenai kondisi mereka dan proposal perawatan kami. Kami mengerti bahwa rehabilitasi stroke adalah proses yang membutuhkan perubahan gaya hidup yang signifikan, dukungan kelurga dan dukungan spesialis medis. Kami mengambil pendekatan pribadi dan pengertian ketika berhadapan dengan pasien rehabilitasi stroke. Jika anda memiliki pertanyaan mengenai pelayanan medis kami harap Hubungi Kami.
Pengobatan Tradisional Cina dan Tekanan Darah Tinggi dan Rehabilitasi Stroke
Di Amerika, stroke adalah penyebab kematian tertinggi ketiga, setelah sakit jantung dan kanker.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 15 juta orang menderita stroke diseluruh dunia setiap tahun. Dari angka ini, 5 juta meninggal dan 5 juta lainnya lumpuh permanen.
Pengobatan Tradisional Cina yakin bahwa tekanan darah tinggi biasanya berasal dari stimulasi emosi yang berlebih, cedera dalam dan diet yang salah yang mempengaruhi hati dan ginjal dan menyebabkan ketidak seimbangan yin dan yang dan gangguan Chi (energi vital) dan pergerakan darah. Kondisi tekanan darah tinggi yang tidak terkendali akan mengarah ke stroke (atau serangan otak). Stroke biasanya disebabkan oleh angin jahat yang mempengaruhi Meridian (jalur dimana Chi mengalir dalam tubuh) atau serangkaian organ. Keadaan ini lebih diperburuk dengan kekurangan darah dalam pembuluh kecil dan kekurangan aliran Chi.
Akupuntur mendorong perubahan dalam aliran darah ke otak atau menstimulasi faktor pertumbuhan produksi yang dapat menolong sel syaraf untuk bertahan
Mengurangi kekentalan darah, menghindari darah statis dan melebarkan pembuluh darah dengan memicu pelepasan hormon dan secara efektif melewati bagian otak yang rusak.
Akupuntur juga diketahui untuk membantu dalam perawatan sakit kepala, pusing dan tekanan darah tinggi dalam pasien stroke.
Akupuntur juga dapat mengarahkan sirkulasi darah kedaerah yang lumpuh sehingga mempercepat proses rehabilitasi dan pemulihan.
Terapi Herbal membantu meningkatkan flexibilitas pembuluh darah dan menstimulasi sirkulasi darah
Untuk pasien tertentu kami merancang formula individual yang meningkatkan darah, yin dan energi, menstimulasi sirkulasi darah dan menghilangkan penyumbatan. Terapi herbal terutama digunakan untuk gejala yang berhubungan dengan stroke, termasuk kesulitan berbicara, kontraktif dan kelemahan otot pada kaki dan tangan, mati rasa dan perasaan geli pada anggota tubuh dan kekakuan pada muka. Obat ini harus diberikan secara langsung setelah stroke terjadi.
Obat lain dapat menekan aktifitas berlebihan dari hati dan menenangkan kelebihan Yang
Menolak dan menghilangkan angin, api dan dahak jahat yang terakumulasi.
Moxibustion dapat digunakan bersamaan dengan akupuntur disepanjang meridian Yangming lengan dan kali
Digunakan untuk merawat lumpuh pada satu sisi, penyimpangan pada wajah, kesulitan berbicara, pusing dan kekaburan pengelihatanan
Menguntungkan Chi dengan mengaktifkan sirkulasi darah yang lancar dalam Meridian
Tui Na bisa menjadi alternatif untuk menghindari komplikasi/perkembangan lebih jauh dari kondisi tekanan darah tinggi
Menstimulasi syaraf dan mengatur cairan tubuh, Tui Na dapat meningkatkan kontrol vasomotor dari otak, dengan tujuan untuk melepaskan kontraksi dalam arteri kecil dan menurunkan tekanan darah
Kondisi umum setelah Stroke
Keterbatasan atau kehilangan kemampuan motorik pada satu sisi tubuh (pergerakan lengan/kaki)
Sakit kepala berat
Masalah pengelihatanan, seperti pengelihatanan ganda atau kehilangan pengelihatanan
Percobaan klinis di Jerman mengatakan bahwa akupuntur dapat menurunkan tekana darah pada pasien tekanan darah tinggi dalam jumlah yang sama dengan penggunaan terapi farmasi. Sekitar 160 pasien rawat jalan (rata-rata berusia 58) dengan tekanan darah tinggi ringan sampai menegah diberikan akupuntur selama enam minggu. Mereka yang dalam perawatan tekanan darah tinggi tetap menggunakannya.
Mereka menjalani 22-30 menit sesi perawatan selama periode enam minggu. Dalam setiap sesi, tiga titik akupuntur ditusuk dengan jarum selama 20 menit. Tekanan darah systolic dan diastolic dua puluh empat jam kemudian berkurang secara signifikan dari batas bawahnya pada pasien yang dirawat dengan akupuntur (dengan 5.4 mmHg). Besarnya pengurangan tekanan darah yang diawasi dibandingkan dengan yang terlihat dengan ACE-inhibitor monotherapy (pengobatan barat) atau perubahan gaya gidup yang drastis. Tetapi, tekanan darah kembali seperti sebelum perawatan dalam 12 minggu setelah perawatan berakhir, mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa perawatan akupuntur berkelanjutan diperlukan untuk mempertahankan efek.
Acupuncture Today (April 2005) menuliskan bahwa akupuntur dapat meningkatkan pemulihan, fungsi fisik pada pasien stroke.
Penelitian dilakukan di unit rawat inap rehabilitasi stroke Pusat Rehabilitasi Daniel Freeman di Los Angeles. Dalam percobaan, 29 pasien yang menderita stroke dalam jangka waktu 60 hari kebelakang yang menyebabkan terjadinya hemiparesis (kelemahan pada satu sisi tubuh) dipilih secara acak ke dalam grup control dan grup akupuntur. Grup kontrol menerima perawatan rehabilitasi stroke biasa (terdiri dari tiga jam terapi fisik, pekerjaan dan/atau bicara, enam hari dalam seminggu) selama pasien menjalani rawat inap.
Grup akupuntur menerima perawatan yang sama seperti grup control, bersamaan dengan tambahan 30 menit terapi akupuntur, tujuh hari seminggu, selama dua minggu selama pasien mejalani rawat inap. Akupuntur dilakukan oleh delapan akupuntur berlisensi dari Sekolah Tinggi Emperor dan memiliki pengalaman klinis minimal satu tahun.
Hasil inspeksi memperlihatkan pasien akupuntur mengalami peningkatan signifikan fungsi motorik pada kaki dan tangan dibandingkan dengan grup kontrol. Pasien akupuntur juga mengatasi sakit persendian kaki dan tangan sedikit lebih baik daripada pasien kontrol.
Perbaikan lain dapat terlihat ketika para peneliti membandingkan skor fungsional independen. Sementara rata-rata skor pasien dalam grup kontrol mengalami kenaikan 8.5% dari awal sampai akhir perawatan, rata-rata skor pasien akupuntur mengalami kenaikan 11.2%. Penulis menyatakan bahwa “pasien yang menerima akupuntur sebagai tambahan dari rehabilitasi standar mendemonstrasikan peningkatan yang secara signifikan lebih besar dalam mobilitas gerak dalam shower/bak mandi dan sebuah tren untuk peningkatan yang lebih besar dalam mobilitas gerak dalam toilet.”
Penelitian yang berusaha untuk memahami mekanisme yang dapat menerangkan bagaimana akupuntur bekerja setelah stroke akhir-akhir ini menyatakan akupuntur membantu perubahan dalam aliran darah ke otak atau mungkin menstimulasi produksi dari faktor pertumbuhan yang dapat membantu sel syaraf bertahan.
Penelitian terkendali yang dilakukan pada Rumah Sakit Universitas Lund di Swedia menemukan sebuah grup yang terdiri dari 38 pasien yang menerima perawatan akupuntur dua kali seminggu selama sepuluh minggu melaporkan peningkatan signifikan dalam kemampuan berjalan, keseimbangan, emosi, kualitas hidup, kemudahan akitifitas harian dan mobilitas dalam perbandingan dengan grup kontrol yang terdiri dari 40 pasien yang tidak menerima perawatan akupuntur. Grup Akupuntur menghabiskan hari yang lebih sedikit dalam rumah perawatan dan fasilitas rehabilitasi daripada Grup Non-Akupuntur, dengan rata2 penghematan $26,000 per pasien. Dalam masa pemantauan, ditemukan bahwa satu tahun setelah mengalami stroke dan menerima perawatan, 89% dari pasien dalam Grup Akupuntur tinggal dirumah vs. 66% dari pasien dalam Grup Non-Akupuntur.
Pengertian Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
Etilogi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na. b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. c. Stress Lingkungan d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah. Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: a. Hipertensi Esensial (Primer) Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. b. Hipertensi Sekunder Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Patofisiologi Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
Komplikasi Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak. Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan: a. Penatalaksanaan Non Farmakologis. 1. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. 2. Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. b. Penatalaksanaan Farmakologis. Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 1. Mempunyai efektivitas yang tinggi. 2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. 3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. 4. Tidak menimbulakn intoleransi. 5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. 6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Test diagnostic. a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia. b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal. h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
Pengkajian a. Aktivitas/ Istirahat. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. b. Sirkulasi Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda. c. Integritas Ego. Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan. Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. d. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)
e. Makanan/cairan Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria. f. Neurosensori Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan. g. Nyeri/ ketidaknyaman Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala. h. Pernafasan Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis. i. Keamanan Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural. j. Pembelajaran/Penyuluhan Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat. Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.
Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan Diagnosa 1 . Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah. Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien. Intervensi 1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler). 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena). 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik). 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung). 5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler). 6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi). 7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah). 8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).
Dignosa 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi 1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung). 2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual). 3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung). 4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen). 5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
Diagnosa 3 Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral. Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan. Intervensi 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi). 2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya). 3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral). 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien). 5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan). 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).
Diagnosa 4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton. Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu. Intervensi 1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh). 2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi). 3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil). 4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan). 5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan). 6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan). 7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis). 8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa 5 Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic. Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya. Intervensi 1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari). 2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic). 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor). 4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik. 5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal). 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
Diagnosa 6 Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn Kriteria hasil 1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan. 2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal. Intervensi 3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal). 4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. (kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan). 5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj dalam menentukan intervensi). 6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).
IV. Evaluasi Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
1. II. PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
[ad#ads-tengah]Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
1. Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
1. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
1. III. PATOFISIOLOGI [ad#mediakeperawatan] Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
1. IV. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
1. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
1. V. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh 2. Pemeriksaan retina 3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung 4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri 5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa 6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin. 7. Foto dada dan CT scan
1. VI. PENGKAJIAN 1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
1. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
1. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
1. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
1. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
1. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
1. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
1. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
1. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
1. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
1. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor 2. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
1. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
1. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
1. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya 2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya 3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas 4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter 5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu 6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita 7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi 8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah 9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari 10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi 11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal 12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin 13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering 14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi. VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler 5. Catat edema umum 6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas. 7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi 8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan 9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher 10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan 11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah 12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi 13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan 2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan 3. Batasi aktivitas 4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin 5. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan 6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
1. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur 2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia 3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan 4. Amati adanya hipotensi mendadak 5. Ukur masukan dan pengeluaran 6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan 7. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur 2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress 3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik 4. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter 5. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah. 6. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil 7. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat 8. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan 9. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol 10. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998 [ad#anda-mau-askep]