Minggu, 16 Mei 2010

psikopat


PSIKOPAT
A. Latar Belakang
Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Psikopat bukan hanya yang bersifat kriminal atau seksual, melainkan juga yang non-kriminal dan non-seksual. Justru tipe yang nampaknya tidak berbahaya, tampil seperti orang bisa, bahkan dengan prilaku yang menarik itulah yang lebih sering merugikan masyarakat. Itulah pula yang kadang-kadang menimbulkan kontroversi tentang istilah. Kebanyakan pakar menambahkan gejala ini “Psikopat” (karena yang menderita kalainan [patologik] adalah jiwa individualnya [Psyche], sementara sebagian pakar lain lebih suka menamakannya “Sosiopat” (karena melanggar norma sosial, dan masyarakat [society]-lah yang akhirnya menjadi korban).
Psikopat sebagai gejala kelainan kepribadian eksis dalam jurnal-jurnal ilmiah. Bahwa pengaruh awam besar terhadap dunia ilmu Psikopat, ternyata bukan hanya terbatas dalam pendefinisian dan pendeskripsian kelainan jiwa itu saja, melainkan juga dalam hal terapi dan pencegahannya, sebagaimana akan dibahas dalam bagian lain dari makalah ini.
Laporan lain mengenai faktor penyebab Psikopat dikemukakan oleh Kirkman (2002). Menurut Kirkman, yang penting adalah mempelajari faktor-faktor penyebab dari Psikopat-psikopat yang di luar rumah sakit atau penjara, sebab mereka ada di tangah-tangah masyarakat dan bisa langsung merugikan masyarakat. Menurut penelitiannya, mereka yang berkeperibadian Psikopat mempunyai latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak yang tidak dididik dan diasuh sedemikian rupa sehingga emosinya berkembang dengan baik, akan tumbuh menjadi orang-orang yang tidak bisa berempati dan tidak mempunyai kata hati (conscience). Dengan perkataan lain, mereka akan menjadi orang dengan kepribadian Psikopat.
B. Pengertian Psikopat
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit, pengidapnya disebut sosiopat karena prilakunaya anti sosial. Psikopat berasal dari kata pycopath adalah kelainan kejiwaan pada seseorang sehingga seolah-olah memusuhi masyarakat dan mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dan ada pula yaitu psychopathic adalah reaksi seseorang yang sedang bertindak dan melanggar hukum dalam upaya mengatasi pantasi.
Atau kata dari psychopathy adalah kekalutan mental yang ditandai dengan tindak adanya pengorganisasian sosial dan pengintekrasian pribadi, pribadinya anti sosial tidak bisa bertanggung jawab secara moral, selalu konflik dengan norma-norma, karena sepanjang kehidupannya berada dalam lingkungan sosial yang in-moral. Meliputi perasaan benci, dendam, dikejar-kejar gelisah penuh ketakutan, kacau, merasa bersalah, berdosa dan tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Psikopat adalah bentuk kekalutan mental di tandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi, orang yang tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral. Dengan adaptasi sosial yang tidak normal, dan selalu konflik dengan norma-norma sosial dan hukum, karena sepanjang hayatnya ia hidup dalam “lingkungan sosial yang abnormal dan immoral” yang diciptakan oleh angan-angan sendiri.
C. Gejala dari Psikopat
Gangguan kepribadian anti sosial adalah sebutan diagnosis untuk masalah yang akan dibicarakan dalam bagian ini, tetapi individu yang mengalami gangguan ini bisanya di sebut sebagai orang psikopat atau sosiopat, yang mengalami anti sosial adalah orang yang tidak memiliki kematangan dan rasa tanggung jawab, tidak mampu memilih akibat-akibat dari tingkah laku. Diagnosis ini mencakup tingkah laku yang secara tradisional diklasifikasikan sebagai “keadaan psikopat konstitusional” atau kepribadian psikopatik.
Ada dua aspek diagnosis yang harus di ketahui yaitu :
1. SesEorang individu harus berusiA 18 tahun sebelum di diagnosis sebagai orang yang menderita gangguan antisosial karena kita yakin bahwa individu pada usia tersebut memiliki peluang untuk mempelajari apa itu tingkah laku yang tidak tepat.
2. Tingkah laku demkuen (bersifat selalu melanggar aturan) atau kriminal melainkan peran yang sangat penting dalam menentukan diagnosis.
Pada gaibnya, orang-orang psikopat itu masa mudanya secara minim sekali bahkan hampir sama sekali tidak peRnah mendapatkan kasih sayang dari lingkungannya.
Selama 5 tahun pertama dia tidak pernah merasakan kelembutan-kelembutan kemesraan kasih, sehingga untuk selama-lamanya individu yang bersangkutan kehilangan atau tidak sanggup mengembangkan kemampuan menerima dan memberikan cinta-kasih dan simpati, maka sepanjang hidup sampai usia dewasa dan tua, dia kehilangan perasaan (sosialitas) dan rasa kemanusiaannya. Dia tidak mampu menjalin relasi human dengan siapapun juga. Perasaannya selalu tidak senang dan tidak puas.
Jiwanya senantiasa diliputi rasa benci, iri, dendam, curiga, rasa dikejar-kejar dan dituduh. Sehingga jiwanya menjadi gelisah, tegang, penuh ketakutan, lalu menjadi kacau-balau, serta diliputi bayangan fikiran dan perasaan yang kegila-gilaan. Terjadilah kemudian disentegrasi dan organisasi kepribadian tanpa memiliki rasa sosial dan rasa kemanusiaan yang wajar.
D. Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kepribadian Anti-sosial.
1. Usia individu sekurang-kurangnya 18 tahun
2. Ada bukti gangguan tingkah laku yang timbul sebelum usia 15 tahun
3. Suatu pola sikap acuh tak acuh yang perkasif dan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain yang terjadi pada usia 18 tahun seperti yang di perlihatkan sebagai berikut :
a. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial berkenaan dengan tingkah laku yang sesuai dengan hukum yang seperti dinyatakan dengan berkali-kali melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadi dasar untuk penahanan.
b. Sifat lekas moral dan agresif, seperti dinyatakan dengan berkali-kali mengadakan perkelahian dan penyerangan fisik.
c. Selalu tidak bertanggung jawab, seperti dinyatakan dengan ketidak mampuan mempertahankan tingkah laku yang tetap dibidang pekerjaan atau memenuhi kewajiban-kewajiban di bidang keuangan.
d. Melakukan tindakan menurut kata hati (bersifat impulsif) dan tidak mampu merencanakan sebelumnya.
e. Penipuan, seperti dinyatakan dengan berkali-kali berbohong, menggunakan nama-nama lain atau menipu orang lain untuk keuntungan atau kesenangan pribadi.
f. Kesemberonoan dengan tidak memperhatikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
g. Tidak ada rasa penyesalan, seperti dinyatakan dengan sikap acuh tak acuh atau rasionalsasi terhadap perbuatan yang menyakiti, menganiaya, atau mencuri dari orang lain.
4. Peristiwa tingkah laku anti sosial itu tidak terjadi hanya pada waktu episode skizofrenia atau efisode mania.
E. SINTOM.
Sintom-sintom gangguan kepribadian antisocial dapat di klasifikasikan dalam 3 kelompok :
1. Sintom suasana hati
a. Yang sangat penting dalam gangguan kepribadian anti sosial adalah tidaknya kecemasan atau rasa bersalah. Juga disebut dengan tidak memiliki “suasana hati” misalnya ia tidak mengembalikan uang pinjaman atau membunuh orang dia tidak cendrung menjadi “bebas”. Impulsive, dan bersikap masa bodoh.
b. Orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial hedonistis (mencari kesenangan). Ia kelihatan dibimbing oleh ucapan, “aku akan memperoleh apa yang kuinginkan bila aku menginginkannya” dan ia sering melukai orang-orang yang ada disekitarnya.
c. Kendala perasaan-perasaan dan tidak ada cinta emosional terhadap orang lain.
2. Sintom kognitif
Sesuatu yang penting diketahui adalah orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian kelihatan sangat cerdas, memiliki keterampilan verbal dan sosial yang berkembang dengan baik dan memiliki kemampuan untuk merasionalisasikan tingkah laku yang tidak tepat sehingga kelihatan masa masuk akal dan dapat dibenarkan.
3. Sintom motor
Karena orang yang mengalami gangguan kepribdian antisocial tidak cemas, maka ia bertingkah laku impulsive. Suatu hal yang menarik yaitu tingkah lakunya mencari sensasi yang tinggi dia hanya mencari kesenangan sendiri.
Adapula sintom-sintomya antara lain.
1. Tingkah laku dan reaksi sosialnya selalu asosial eksentrik (kegila-gilaan), dan khronisnya paralogis. Dia tidak memiliki kesadaran sosial dan inteligensi-sosial. Sangat stereotipis tingkah lakunya, dan fanatic. Dia amat individualistic/egostis, dan selalu menentang lingkungan kultural serta norma-norma etis.
2. Sikap aneh-aneh, dia sering berbuat keras, bertingkah laku kegiatan-kegiatan, kurang ajar, dan ganas buas terhadap siapapun tanpa suatu sebab. Sikapnya selalu tidak menyenangkan orang lain, dan selalu kriminal, yang pada umumnya tidak bisa di perbaiki lagi
3. Dia suka ngeloyor atau mengembara kemana-mana tanpa tujuan, dan berbahaya bagi lingkungannya
4. Pribadinya tidak stabil responnya selalu tidak ada yang kuat/tepat, dia tidak bisa di percaya. Penilaiannya terhadap kehidupan dan sikap hidupnya selalu negative, dia tidak bisa belajar dari hukuman dan pengalaman-pengalaman yang lampau, dan tidak mampu memahami arti kebaikan serta kesusilaan.
5. Ada disorientasi terhadap lingkungannya, reaksi sosiapatiknya bisa berupa gejala: kekacauan pribadi yang simptomatik.ada juga reaksi psikoneorotis atau psikotis.
6. Ia tidak pernah bisa bersikap loyal terhadap seseorang, kelompok atau kode-kode etik tertentu
7. Emosinya tidak matang, sering tanpa perasaan. Dia tidak pernah bisa bertanggung jawab, dan selalu memakai makanisme rasionalisasi untuk membenarkan tingkah lakunya yang kegila-gilaan.
8. Sering kali perilakunya dicirikan dengan penyimpangan seksualitas dalam bentuk homoseksualitas, transvestitisme (nafsu patologis untuk mamakai dari jenis kelamin lawannya, dan mendapatkan kepuasan seks dengannya), fatisjisme (pemuasan nafsu seks dengan memanipulasikan satu benda sebagai pengganti-kekasih), sedisme, serangan dan perkosaan seksual, pembunuhan dan pengrusakan jasad orang lain karena motif-motif seks.
Mengingat ciri individu psikopat yang serba mengerikan dan abnormal itu, dengan sendirinya mereka mejadi masalah sosial dan bahaya aktual bagi keluarga, lingkungan dekat, dan lingkungan masyarakat pada umumnya.
F. Penyebab
Telah dikemukakan tiga pendekatan untuk menjelaskan penyebab dari gangguan kepribadian antisocial, yakni pendekatan psikodinamik, pendekatan belajar, dan pendekatan fisiologis.
1. Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan psikodinamik tradisional memberikan dua penjelasan mengenai gangguan kepribadian antisocial (Fenichel, 1945). Pertama, dengan menggunakan pendekatan struktural dan Freud terhadap kepribadian, beberapa ahli telah mengemukakan bahwa orang yang mengalmi gangguan kepribadian antisosial adalah kurang cemas dan kurang merasa bersalah karena ia tidak mengembangkan superego yang kuat. Kedua, penjelasan psikoanalisis tantang gangguan kepribadian antisosil bertolak dari pendekatan Freud terhadap kepribadian yang mengemukakan bahwa tingkah laku-tingkah laku impulsif, hedonistis, serta kekanak-kanakan yang diperhatikan oleh orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial terjadi karena ia telah melekat pada tahap awal perkembangan psikoseksual.
2. Pendekatan Belajar
a. Teori kekurangan dalam pengondisian klasik. Teori ini dimulai dengan gangguan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang terkondisi secara klasik, dan orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial kurang merasa cemas karena kemampuannya untuk mengembangkan respon-respon yang terkondisi secara klasik kurang (lemah).
b. Teori pengindaran kecemasan yang terkondisi secara operan. Teori ini mulai dengan dalil bahwa selama masa kanak-kanan yang normal, anak-anak dihukum karena tingkah laku yang buruk dan dalam usaha untuk menghindari hukuman dan kecemasan yag berkaitan dengan hukuman itu, anak-ank berhenti untuk bertingkah laku buruk dan kemudian bertingkah laku dengan tepat.
3. Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa orang-orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial disebabkan oleh ”rangsangan neurologis yang kurang” (neurological underarousal). Rangsangan neurologis yang kurang itu digunakan untuk menjelaskan kecemasan yang relatif kurang yang kelihatan pada orang-orang yang mengalami gangguan tersebut.
Rangsangan elektrokortikal. Rangsangan elektrokortikal mengacu pada tingkat-tingkat aktivitas listrik pada otak dan aktivitsas ini diukur dengan rekaman-rekaman (EEG) (electroencephalogram). Masalah-masalah mengenai abnormalitas-abnormalitas itu dapat dihubungkan dengan gambaran sintom dalam gangguan kepribadian antisosial.
1. Abnormalitas-abnormalitas EEG. EEG dari orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial telah diperiksa dalam banyak penelitian dan hasilnya menunjukkan bahwa kejadian abnormalitas-abnormalitas EEG yang tinggi diantara orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial ditemukan pada setiap penelitian yang diperoleh dari penelitian-penelitian terhadap orang-orang normal, maka kejadian abnormalitas EEG pada orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial kelihatannya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan angka yang terdapat pada orang-orang normal.
2. Hubungan antara abnormalitas-abnormalitas EEG dengan tingkah laku. Kemungkinan lebih besar orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial memperlihatkan EEG yang abnormal dibandingkan orang-orang normal karena jika abnormalitas EEG relevan untuk gangguan tersebut maka harus ada.
G. Perawatan
1. Pendekatan Psikodinamik
Para terapis yang berorientasi pada pendekatan psikodinamik berusaha memberikan figur-figur orang tua yang sportif, kuat, dan bertingkah laku tepat untuk pasien-pasien mereka yang mengalami gangguan kepribadian antisosial. Tujuannya ialah untuk membantu pasien mengidentifikasikan diri dengan terapis, dan dengan berbuat demikian pasien dapat mengambil sifat-sifat yang tepat dan matang dari terapis. Kemudian dalam perawatan terapis yang berorientasi pada pendekatan psikodinamik berfokus pada usaha mengembangkan pematangan melalui identifikasi dan bukan pada usaha memecahkan masala-masalah melalui pemahaman seperti yang dilakukan terhadap pasien-pasien lain.
2. Pendekatan Belajar
Teori belajar mengemukakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial kurang mengembangkan respon-respon kecemasan yeng terkondisi secara klasik dan dengan demikian tidak belajar menghindari tingkah laku-tingkah laku yang tidak tepat. Karena itu intervensi-intervensi terapeutik yang bertolak dari pengondisian klasik tidak bermanfaat.
3. Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa gangguan kepribadian antisosial terjadi karena korteks kurang terangsang (cortical underarousal) sehingga orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial tidak mengondisikan dengan baik dan sering melakukan tingkah laku-tingkah laku yang tidak tepat untuk meningkatkan rangsangan. Bahwa pasien-pasien dapat dirawat dengan obat-obat stimulan kortikal yang akan meningkatkan kerentanan terhadap pengondisian dan mengurangi kebutuhan akan perangsangan.


KESIMPULAN
Seorang psikopat profesional di bidangnya. Ada yang dokter, psikiater,
psikolog, penegak hukum, wartawan, pemuka agama, politikus, penggiat LSM,
pendidik, ibu rumah tangga. Tak ketinggalan, mereka juga punya banyak julukan. Mulai dari yang keren sampai menyeramkan, seperti a white collar
crime, the best actor, atau "serigala berbulu domba". Dalam kasus kriminal,
psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini
hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang
berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya
tarik luar biasa dan menyenangka
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut
sebagai Sosiopat karena prilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang
terdekatnya. Psikopat adalah bentuk kekacauan mental ditandai tidak adanya
integrasi pribadi; orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara
moral, selalu konflik dengan norma sosial dan hukum (karena sepanjang
hayatnya dia hidup dalam lingkungan sosial yang abnormal dan immoral)
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti
penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena
seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya..
Psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang
'normal'. Tidak hanya berbeda karena tindakannya tetapi berbeda secara
emosi, motivasi, dan proses berpikir. Pertama, perilaku mereka bukan sekedar
perilaku impulsif, tetapi hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan
yang tidak dimengerti. Kedua, psikopat mempunyai emosi yang dangkal.
Pada dasarnya, psikopat adalah sebutan singkat untuk gangguan kejiwaan, yang
awalnya dikenali sebagai kenakalan remaja dan gangguan kepribadian
antisosial (emosi dangkal, gampang meledak-ledak, tak bertanggungjawab,
berpusat pada diri sendiri, serta kekurangan empati dan rasa sesal).
bila anda atau orang terdekat anda sedikitnya melakukan tiga dari tujuh
ciri khas berikut ini:
(1) gagal mengikuti norma sosial dan hukum, hingga berkali-kali ditahan
pihak berwajib,
(2) berulang-ulang berbohong, menggunakan berbagai alasan, lihai bicara,
menipu untuk keuntungan pribadi atau sekadar bersenang-senang.
(3) meledak-ledak dan tak punya perencanaan, kalau ingin sesuatu, harus saat
itu juga dilakukan,
(4) mudah tersinggung dan berangasan, sehingga sering
terlibat penyerangan atau adu jotos,
(5) tak peduli keselamatan diri sendiri atau orang lain,
(6) tak bertanggungjawab, misalnya kerja sering tak beres dan ngemplang
utang,
(7) nyaris tak punya rasa sesal dan bersalah setelah menyakiti, menganiaya
bahkan mencuri.
anda harus waspada karena ini merupakan gejala anda atau orang terdekat anda
terkena psikopat.
Psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang
'normal'. Tidak hanya berbeda karena tindakannya tetapi berbeda secara
emosi, motivasi, dan proses berpikir. Pertama, perilaku mereka bukan sekedar
perilaku impulsif, tetapi hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan
yang tidak dimengerti. Kedua, psikopat mempunyai emosi yang dangkal..
Mereka kekurangan cinta, kesetiaan, kekurangan empati, dan rasa tidak
bersalah. mereka tidak bisa melakukan penilaian dan tidak bisa belajar dari
kesalahan dalam pengalaman hidup. Psikopat tidak memikirkan konsekuensi dari
perilakunya. Misalnya orang normal, ketika mendapat hukuman dari
tindakannya, akan berhenti untuk melakukan tindakan tersebut atau akan
mengulangnya tapi dalam cara agar tidak ketahuan oleh orang lain. Sedangkan
orang psikopat, akan terus mengulang lagi dan lagi, dengan cara yang sama,
meskipun mereka telah dihukum karena melakukan tindakan itu. Jadi, mungkin
jika Ryan atau siapapun adalah seorang psikopat, penjara tidak akan
membuatnya jera (tapi sepertinya kemungkinan dieksekusi lebih besar
dibandingkan ia dipenjara 20 tahun) Terakhir, para psikopat terlihat
meyakinkan dari luar. Maksudnya, karena mereka tidak memiliki perasaan cemas
dan perasaan bersalah, mereka bisa berbohong, mencuri, berbuat curang, dan
lainnya. Ini mendukung pernyataan seorang psikolog yang pernah diwawancara
(itu lho psikolog yang duduk di kursi roda) bahwa Ryan membunuh karena dia
cemburu dengan pasangan homoseksualnya itu bohong besar. Itu hanya alibi
untuk menutupi perilakunya atau trigger dari perilakunya. Dan jangan percaya
dengan tampilan kalem dan lemah lembutnya karena orang psikopat mampu
mengontrol sikapnya.
psikopat tidak hanya ada di penjara, di ruang sidang pengadilan, atau pada
kisah "pwmbunuhan", Penelitian menyatakan bahwa satu persen populasi orang dewasa yang bekerja adalah psikopat di tempat kerjanya. lewat berbohong, mencurangi, mencuri, mememanipulasi, mengorbankan dan menghancurkan para rekan kerja, serta
kesemuanya tanpa rasa salah maupun penyesalan. mereka yang disebut organisasional psikopat, berkembang pesat di dunia bisnis, di mana kezaliman dan nafsu mereka tidak saja mereka salah-artikan sebagai ambisi dan keterampilan memimpin, namun juga sebagai sesuatu yang dihargai melalui promosi, bonus dan kenaikan upah.
gelar psikopat kadang nemplok tanpa pilih tempat. Apalagi sering
tanpa sadar masyarakat modern sendiri ikut andil melahirkan psikopat. Karena
beratnya tekanan hidup, berbagai hal yang menyimpang dari norma dan hukum,
justru menjadi aktivitas "sehari-hari". Jadi apakah anda psikopat... Saya
berharap bukan ya... coba instropeksi diri deh

DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997.
Kartini Kartono, Hyglene Mental, Bandung : Mandar Maju, 2000
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 2, Yogyakarta : Kanisius, 2006.
Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997, hal.
Kartini Kartono, Hyglene Mental, Bandung : Mandar Maju, 2000, hal. 91.
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 2, Yogyakarta : Kanisius, 2006, hal. 20.
Kartinbi Kartono, Op.cit, hal. 91-92.
Yustinus Semiun, Op.cit, hal. 29-31
Ibid, hal. 32.
Kartini Kartono, Op.cit, hal. 92-93

2 komentar:

  1. waduhhh panjang banget bukkk, jadi intinya apa neeeee.... mohon jelaskan ya,....

    BalasHapus
  2. intinya yaitu bahwa orang psikopat itu orang gila.dan ia tidak bisa hidup dalam masyarakat dan bersifat antisosil.ngerti gak.........?

    BalasHapus